Jika Gugur Daun Tak Segera Diatasi, Perkebunan Karet Bisa Lenyap di Tanah Air

IVOOX.id, Palembang - Karena wabah penyakit gugur daun, perkebunan karet bisa saja lenyap dari Tanah Air dalam beberapa tahun ke depan. Apalagi, langkah pemerintah untuk mengatasinya terbilang lambat.
Pendapat tersebut diungkapkan Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex K Eddy di Palembang, Senin (5/8), usai acara Diseminasi Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia. Menurut dia, kekhawatiran ini bukan tidak mendasar karena apa yang terjadi di Indonesia saat ini sudah dialami oleh Brazil.
“Hingga kini Brazil tidak pernah bangkit lagi, dan perkebunan karet sudah tidak ada lagi di sana,” kata Alex.
Ia mengatakan, fakta di lapangan sangat relevan dengan kondisi yang dialami Brazil ketika ini. Saat ini, produksi getah karet di tingkat petani sudah merosot tajam sejak terjangkitnya penyakit gugur daun pada akhir 2017.
Berdasarkan catatan Gapkindo Sumsel diketahui produksi getah karet Sumsel mencapai 1,2 juta ton pada 2017, kemudian bergerak turun menjadi 1 juta ton pada 2018. Kini pada 2019, dalam periode Januari-Juni hanya mampu memproduksi 450 juta ton.
“Dengan data terupdate saat ini, yang mana 60-70 persen perkebunan karet sudah terpapar penyakit gugur daun, saya memprediksi produksi Sumsel hanya berkisar 800 ribu ton pada akhir 2019,” kata dia.
Padahal, ia melanjutkan, Sumsel ini merupakan sentra perkebunan karet terbesar di Indonesia, yang pada 2017 menghasilkan 2 miliar dolar AS sebagai devisa negara, dan 2018 menghasilkan 1,4 miliar dolar AS.
“Jika ini benar-benar terjadi (hanya sekitar 800 juta ton) maka kita akan kehilangan pontensi pemasukan sekitar Rp7 triliun,” kata dia.
Gapkindo pun menyayangkan langkah yang diambil pemerintah cenderung lambat terkait penyakit gugur daun ini.
Saat ini, petani karet rakyat sudah benar-benar menderita karena harga yang anjlok juga sekaligus dibarengi dengan penurunan volume produksi.

0 comments