Jajak Pendapat Regional ASEAN tentang Ekonomi Kreatif Ungkap Optimisme Publik dan Kesenjangan Kebijakan

IVOOX.id – Program ASEAN–UK Advancing Creative Economy resmi meluncurkan Jajak Pendapat Persepsi Regional ASEAN tentang Ekonomi Kreatif pertama, yang mengungkap potret menarik tentang optimisme publik sekaligus tantangan yang masih dihadapi para pelaku industri kreatif di Asia Tenggara.
Survei yang diinisiasi oleh Sekretariat ASEAN bersama negara-negara anggotanya melalui Senior Officials Responsible for Culture and Arts (SOMCA) ini memetakan persepsi publik dan profesional dari 10 negara ASEAN serta Timor-Leste. Fokus kajian mencakup tingkat kesadaran masyarakat terhadap ekonomi kreatif, persepsi pertumbuhan, hingga kekuatan dan hambatan ekosistem yang menopang sektor ini.
Dari hasil jajak pendapat, sebanyak 60 persen responden meyakini ekonomi kreatif tengah mengalami pertumbuhan signifikan, dan 43 persen di antaranya menilai kontribusinya berdampak positif pada pembangunan ekonomi regional serta kesejahteraan masyarakat. Sebanyak 54 persen responden juga menegaskan bahwa budaya lokal memiliki peran penting dalam menciptakan produk dan layanan kreatif yang autentik.
Namun, masih ada sejumlah tantangan. Sekitar 53 persen publik menilai tingginya biaya menjadi hambatan utama untuk mengakses produk kreatif, sementara 50 persen profesional menyoroti lemahnya koordinasi lintas negara di kawasan. Hanya 47 persen responden publik yang mengaku cukup familiar dengan istilah “ekonomi kreatif,” menunjukkan masih perlunya advokasi dan edukasi publik yang lebih luas.
Duta Besar Inggris untuk ASEAN, Helen Fazey, menilai temuan ini menegaskan semangat besar yang dimiliki kawasan dalam membangun ekonomi berbasis kreativitas. “Jajak pendapat ini menegaskan adanya ambisi besar untuk membangun ekonomi kreatif yang kokoh di seluruh kawasan ASEAN. Belajar dari pengalaman di Britania Raya di mana kreativitas menjadi motor penggerak inovasi dan pertumbuhan dengan kontribusi lebih dari £124 miliar per tahun bagi perekonomian wilayah, kami berkomitmen untuk membuka potensi serupa di Asia Tenggara melalui kemitraan strategis dengan ASEAN,” ujarnya di Jakarta, Selasa (22/10/2025).
Sementara itu, Summer Xia, Country Director Indonesia and Director Southeast Asia British Council, menekankan pentingnya data sebagai dasar pengambilan kebijakan. “Kekuatan data terletak pada kemampuannya untuk mendorong tindakan nyata. Jajak pendapat ini memberikan gambaran yang jernih mengenai prioritas utama komunitas kreatif di Asia Tenggara, sekaligus menunjukkan di mana saja kesenjangan masih terjadi,” katanya.
Summer menambahkan bahwa temuan tersebut akan diterjemahkan ke dalam ASEAN Creative Economy Sustainability Framework Companion Guide, yang berfungsi sebagai panduan praktis bagi pembuat kebijakan dan mitra industri untuk merancang intervensi yang inklusif dan berdampak jangka panjang.
Sebagai tindak lanjut, para pemimpin ASEAN telah mengadopsi Creative Economy Sustainability Framework pada KTT ke-46 di Malaysia, 26 Mei 2025. Dokumen ini menjadi pedoman bersama untuk mewujudkan ekonomi kreatif berbasis budaya, inklusif, dan berkelanjutan, dengan 13 prioritas strategis yang meliputi peningkatan kesadaran publik, evaluasi berbasis bukti, dan penguatan pendidikan kreatif.
Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Komunitas Sosial-Budaya, San Lwin, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Saya mengajak semua pihak untuk berkomitmen lebih kuat dalam membangun masa depan di mana inovasi dan kreativitas menjadi konektor terkuat kita yang mendorong kemakmuran, mempererat persatuan budaya, serta memajukan pembangunan berkelanjutan yang inklusif demi manfaat seluruh masyarakat,” ujarnya.
ASEAN Creative Economy Sustainability Framework Companion Guide akan segera diluncurkan untuk membantu negara-negara anggota dalam mengembangkan kebijakan dan program berbasis data yang lebih efektif. Melalui kolaborasi erat dengan British Council dan Misi Britania Raya untuk ASEAN, inisiatif ini diharapkan memperkuat posisi Asia Tenggara sebagai pusat ekonomi kreatif yang kolaboratif, inovatif, dan inklusif di tingkat global.


0 comments