ISPO Kembali Jadi Ajang Seleksi Olimpiade Sains Internasional | IVoox Indonesia

May 18, 2025

ISPO Kembali Jadi Ajang Seleksi Olimpiade Sains Internasional

ISPO-Kembali-Jadi-Ajang-Seleksi-Olimpiade-Sains-Internasional-doc.ISPO-ivoox.id_

IVOOX.id, Tangerang -- Sebanyak 120 peserta dari 25 Provinsi mengikuti ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2019. Juara dari kompetisi penelitian itu akan diikutkan dalam kompetisi olimpiade sains internasional.


"Para juara atau pemenang ISPO akan kita kirim mengikuti kompetisi penelitian yang digelar kampus bergengsi di luar negeri. Sehingga siswa kita dapat belajar dari lingkungan peneliti internasional, " kata Presiden ISPO Riri Safitri disela pembukaan Festival Seni dan Budaya (FSB 2019 di Sekolah Kharisma Bangsa, Pondok Cabe Tangerang Selatan, Jumat (22/2).


Riri yang juga Guru Besar Fakultas Teknik Ul ini mengutarakan ISPO rutin mengirim para juara ke ajang kompetisi sains internasional seperti di Amerika Serikat, Belanda, India dan Brazil.


Beberapa siswa Indonesia juara ISPO yang tampil di kompetisi internasional bahkan telah mengantongi beasiswa kuliah di luar negeri seperti di Nagoya University Jepang.


Pada ISPO 2019, terdapat 6 kategori lomba, yaitu lingkungan, pengolahan lahan, polusi udara, air, teknologi dan komputer, fisika teknologi dan kimia.


Tahap pra-seleksi ISPO diikuti hingga 715 siswa yang menggarap 372 proyek penelitian. Panitia kemudian melakukan seleksi hingga terpilihlah 120 peserta untuk ikut serta dalam ISPO 2019.


ISPO 2019 digelar bersamaan dengan Olimpiade Seni dan Budaya Indonesia (OSeBI) selama 22 Februari hingga 24 Februari 2019.


Presiden OSeBI Liliana Muliastuti mengatakan  beberapa tahun terakhir ini muncul fenomena banyak pelajar Indonesia kesulitan berbahasa Indonesia karena komunikasi harian mereka dalam bahasa Inggris dan Mandarin.


“Ini terjadi pada anak di sekolah Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) yang dahulu dikenal sebagai sekolah internasional. Orangtua bangga anaknya bisa bicara dalam bahasa Inggris dan Mandarin, karena dinilai lebih prestisius,” ujarnya.


Dia mengingatkan kondisi tersebut akan membuat anak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Pasalnya, ketidakmampuan berbahasa Indonesia bakal merembet pada hal lain seperti seni, bahasa, dan budaya. (Adhi Teguh)

0 comments

    Leave a Reply