Inflasi DKI Jakarta Masih Bergerak Stabil | IVoox Indonesia

May 7, 2025

Inflasi DKI Jakarta Masih Bergerak Stabil

1-9

iVooxid, Jakarta - Di tengah kenaikan harga komoditas hortikultura di sebagian besar wilayah Indonesia, inflasi DKI Jakarta masih mampu bergerak stabil. Inflasi ibukota pada bulan November 2016 tercatat sebesar 0,24 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,47 persen. Perkembangan tersebut juga relatif stabil, baik dibandingkan bulan sebelumnya maupun rata-rata inflasi bulan November dalam lima tahun terakhir.

Dorongan Inflasi yang tinggi dari kenaikan harga komoditas kelompok bahan makanan, utamanya sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan, dapat teredam oleh rendahnya inflasi pada kelompok lainnya. Dengan demikian, tekanan inflasi Jakarta menjelang akhir tahun masih terkendali dengan laju inflasi yang baru mencapai 2,09 persen, lebih rendah dari nasional 2,59 persen dan jauh lebih rendah dari rata-rata lima tahun sebelumnya 4,64 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono mengatakan, ‎relatif stabilnya inflasi Jakarta pada bulan November 2016 didukung oleh Inflasi kelompok inti yang bergerak relatif stabil sejak awal tahun 2016.

"Emas perhiasan yang mengalami deflasi sebesar 0,66 persen, seiring harga emas internasional yang turun sejak Oktober 2016, kembali menjadi penyumbang utama terkendalinya inflasi inti. Ekspektasi harga masyarakat yang terjaga, serta tekanan permintaan masyarakat yang masih terbatas, merupakan faktor lain yang turut mendukung pencapaian inflasi inti yang stabil tersebut," kata Doni dalam keterangannya, Kamis (1/12/2016).

Kelompok administered prices (komoditas yang harganya dikendalikan oleh pemerintah) pada bulan November 2016 juga bergerak relatif stabil, setelah pada bulan sebelumnya mengalami kenaikan cukup tinggi. Kenaikan harga pada BBM nonsubsidi (pertamax dan pertamax plus) per 16 November 2016 telah menyebabkan inflasi komoditas bensin sebesar 0,41 persen.

Selain itu, kenaikan cukai rokok secara berkala yang dilakukan semenjak awal tahun 2016, juga turut menyebabkan inflasi pada rokok kretek sebesar 0,98 persen. Dorongan inflasi administered prices yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan cukai rokok tersebut, tertahan oleh deflasi yang terjadi pada subkelompok transpor, yaitu deflasi angkutan udara sebesar 1,76 persen dan deflasi tarif kereta api sebesar 0,75 persen. Tidak adanya faktor musiman sepanjang November 2016 ikut mendukung pencapaian inflasi administered price yang stabil.

Di tengah stabilnya inflasi inti dan administered prices, inflasi kelompok volatile food tercatat cukup tinggi. Inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas hortikultura (sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan), yaitu cabai merah, bawang merah dan tomat sayur. Ketiga komoditas tersebut masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 22,06 persen, 16,00 persen dan 17,51 persen.

Anomali cuaca La-Nina yang menyebabkan hujan berkepanjangan, telah mengganggu produktivitas komoditas hortikultura di berbagai sentra di tanah air. Hal tersebut berdampak pada berkurangnya pasokan yang masuk ke pasar-pasar di ibukota. Namun, deflasi harga beras serta komoditas daging dan hasil-hasilnya seperti daging ayam dan telur ayam, mampu menahan gejolak volatile food yang lebih tinggi. Optimalisasi dan sinergitas peran BUMD pangan DKI Jakarta, secara efektif mampu menahan gejolak inflasi pangan berlebih di Ibukota, yang dilakukan melalui perbaikan rantai distribusi serta manajemen stok.

Memerhatikan pola perkembangan harga-harga di pasar-pasar di Jakarta hingga akhir November 2016, inflasi pada periode Desember 2016 mendatang diperkirakan meningkat sesuai dengan polanya. Masuknya Hari Natal serta tahun baru 2017 menjadi pendorong permintaan pada Desember 2016 terutama untuk komoditas yang tergabung pada kelompok inflasi inti, antara lain makanan jadi dan sandang, serta kelompok administered prices terutama komoditas transportasi. Komoditas volatile food juga tetap perlu mendapat perhatian, mengingat fenomena La-Nina masih berlangsung. Walau demikian, hal tersebut tidak memengaruhi capaian inflasi Jakarta keseluruhan tahun 2016 yang diperkirakan cenderung berada pada level bawah dari target inflasi.

Penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD di bidang pangan melalui TPID akan selalu digalakkan untuk mencapai inflasi ibukota yang rendah dan stabil. Penguatan peran dan sinergitas ketiga BUMD bidang pangan terus didorong oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui berbagai program yang tidak hanya semata-mata mengendalikan harga pangan di DKI Jakarta, namun juga dapat meningkatkan perekonomian bagi daerah pemasoknya. Tercapainya kestabilan inflasi akan mendorong pembangunan ekonomi DKI Jakarta secara keseluruhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.[ava]

0 comments

    Leave a Reply