Indonesia Berpotensi Jadi Produsen Utama Baterai Mobil Listrik Dunia | IVoox Indonesia

July 1, 2025

Indonesia Berpotensi Jadi Produsen Utama Baterai Mobil Listrik Dunia

TOYOTA
Ilustrasi - Mobil listrik Toyota FT. (https://commons.wikimedia.org/)

IVOOX.id, Jakarta - Indonesia berpotensi menjadi produsen utama baterai lithium untuk kendaraan listrik dunia.

Penasihat Khusus Bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri Kemenko Bidang Maritim, Satryo Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan hal itu dalam seminar Indonesianisme Summit bertema "Kendaraan Indonesia Masa Depan" di Jakarta, Rabu (14/8).

"Nyawa kendaraan listrik adalah teknologi baterai. Dan Indonesia bisa menjadi pemain utama baterai lithium karena kita memiliki bahan baku utamanya," ujar Satryo.

Ia mengemukakan lithium adalah unsur logam yang selalu ada dalam baterai. Beberapa lokasi potensial di Indonesia yang terdapat material lithium di daerah Sumatera. Namun, itu

memang masih perlu dilakukan survei lebih rinci.

Ia menambahkan logam lain yang sangat penting adalah nikel dan kobalt, sementara mangan dapat menggantikan nikel.

Indonesia, lanjut dia, saat ini hanya memasok bahan baku nikel dan kobalt untuk industri negara Iain dalam bentuk bijih dan "nickel matte".

"Pemerintah diharapkan menghentikan ekspor bijih nikel, dan mengembangkan baterei menggunakan nikel dan kobalt yang tersedia. sebesar 48-60 persen komponen baterei kendaraan listrik merupakan logam nikel," katanya.

Dengan demikian, ia menambahkan nikel Indonesia menjadi komoditi yang sangat strategis untuk dikembangkan.

Dalam kesempatan itu, Satryo Soemantri Brodjonegoro juga mengatakan, dengan Indonesia mengembangkan teknologi baterai kendaraan listrik maka harga jual bisa lebih ditekan

mengingat komponen baterai menyumbang sebesar 25-40 persen dari biaya total kendaraan listrik.

"Pola pikir kita harus berubah, sumber daya banyak di Indonesia. Banyak, tetapi harus diolah dulu," katanya.

Kendati demikian, Satryo mengatakan pengembangan teknologi baterai kendaraan listrik di Indonesia terbuka ruang terjadi kegagalan, diharapkan tidak akan berujung pada pemidanaan.

"Jangan nanti penelitinya kalau gagal dipidana, gagal pasti, tidak mungkin langsung mulus karena kita bikin sesuatu yang baru di mana kemungkinan gagal pasti ada," ucapnya, dikutip Antara.

0 comments

    Leave a Reply