INDEF Sebut Penerapan Biodiesel B50 Butuh Waktu Lebih Lama, Produksi CPO Stagnan Jadi Tantangan | IVoox Indonesia

May 14, 2025

INDEF Sebut Penerapan Biodiesel B50 Butuh Waktu Lebih Lama, Produksi CPO Stagnan Jadi Tantangan

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M. Fadhil Hasan
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M. Fadhil Hasan dalam diskusi INDEF pada Rabu, (23/10/2024). IVOOX.ID/Tangkapan layar zoom meeting INDEF

IVOOX.id – Penerapan program biodiesel B50, yakni campuran solar dengan 50% bahan bakar nabati berbasis minyak sawit (CPO), dinilai oleh Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M. Fadhil Hasan, membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan program B30, B35, dan B40. Hal ini terkait dengan stagnannya produksi CPO dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Fadhil, kebijakan ini sebaiknya tidak hanya fokus pada aspek swasembada energi, tetapi juga mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan. "Kita menyarankan sebenarnya kalau mau dilakukan sampai ke B50, itu harus dipastikan dahulu pasokan CPO-nya tersedia. Kalau sekarang ini kan dalam beberapa tahun terakhir, produksi CPO kita mengalami penurunan atau stagnasi," ujar Fadhil dalam diskusi INDEF pada Rabu, (23/10/2024).

Saat ini, selain memenuhi kebutuhan biodiesel, industri kelapa sawit juga harus memenuhi permintaan pangan dan ekspor. Jika produksi CPO tidak mengalami peningkatan sementara kebutuhan untuk biodiesel terus bertambah dengan program seperti B40 dan B50, maka kapasitas ekspor akan teralihkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Fadhil menegaskan bahwa penerapan program B50 harus dikaji lebih lanjut, terutama terkait dengan kesiapan teknis, termasuk kemampuan industri otomotif dalam mengakomodasi peningkatan kadar biodiesel. Menurutnya, pemerintah sebaiknya tetap menerapkan kebijakan B40 atau B35 dalam 3—4 tahun ke depan, sembari meningkatkan produksi CPO melalui percepatan peremajaan kebun sawit dan peningkatan produktivitas. "Jadi nanti itu kalau misalnya dilaksanakan (B50), ekspor (CPO) tidak berkurang, tetapi konsumsi domestik tetap meningkat," katanya.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), pada Agustus 2024 total produksi CPO Indonesia mencapai 3,98 juta ton, meningkat dari 3,61 juta ton pada bulan sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, dari Januari hingga Agustus 2024 produksi tercatat menurun 4,86% menjadi 34,52 juta ton, dari sebelumnya 36,29 juta ton. Meski begitu, ekspor CPO mengalami kenaikan 6,35%, dari 2,24 juta ton pada Juli menjadi 2,38 juta ton pada Agustus.

0 comments

    Leave a Reply