Indef Sebut Dampak Kebijakan Tarif Resiprokal Trump, Ekspor-Impor RI Terancam Turun | IVoox Indonesia

July 10, 2025

Indef Sebut Dampak Kebijakan Tarif Resiprokal Trump, Ekspor-Impor RI Terancam Turun

Ekonom senior Indef Tauhid Ahmad
Ekonom senior Indef Tauhid Ahmad dalam acara Kajian Tengah Tahun (KTT) Indef 2025 di Jakarta Rabu (2/7/2025). IVOOX.ID/Tangkapan layar zoom meeting Indef

IVOOX.id – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mewanti-wanti potensi dampak negatif kebijakan tarif resiprokal yang diusung Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap perekonomian Indonesia. Dalam Kajian Tengah Tahun (KTT) Indef 2025, ekonom senior Tauhid Ahmad menyatakan bahwa kebijakan ini diperkirakan menekan arus perdagangan global dan berimbas langsung pada kinerja ekspor-impor nasional.

Tauhid mengungkapkan, berdasarkan simulasi Indef, Indonesia diprediksi mengalami penurunan ekspor sebesar 2,83 persen dan impor turun sebesar 2,22 persen akibat tekanan tarif tersebut.

“Ekspor kita akan turun, impor kita juga akan turun. Tidak bisa dipungkiri, tarif resiprokal ini pasti berdampak negatif,” kata Tauhid dalam paparan di Jakarta, Rabu (2/7/2025).

Beberapa sektor manufaktur strategis dinilai paling rentan terdampak. Tekstil dan pakaian jadi diperkirakan mengalami kontraksi terdalam, yakni 9,16 persen. Disusul sektor komputer dan elektronik (10,01 persen), produk mineral nonlogam (10,13 persen), serta peralatan listrik yang anjlok hingga 13,99 persen. Industri logam besi dan baja pun tak luput dari tekanan, dengan potensi penurunan sebesar 1,47 persen.

“Misalnya tekstil, komputer, kemudian juga alas kaki, logam, peralatan listrik, itu semua terdampak negatif,” katanya.

Tak hanya Indonesia, berbagai negara lain juga ikut terdampak kebijakan proteksionis ini. Australia diprediksi mencatatkan penurunan ekspor terdalam hingga 6,26 persen, diikuti Inggris (4,12 persen). Sementara dari sisi impor, China mengalami tekanan paling signifikan dengan penurunan 14,53 persen. Negara-negara Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, India, Jepang, dan Korea Selatan juga disebut bakal menghadapi penurunan impor antara 2,24 persen hingga 6,56 persen.

Meski begitu, Tauhid melihat peluang bagi Indonesia di tengah ketidakpastian global ini. Beberapa sektor tertentu justru diperkirakan tetap mampu mencatat pertumbuhan ekspor.

“Bisa saja kita masih memiliki daya saing, apalagi kalau negara lain terkena tarif lebih tinggi. Ada peluang untuk sektor peralatan transportasi, kendaraan bermotor, utilitas, hingga pertambangan,” ujarnya.

Secara khusus, ekspor sektor perawatan transportasi diprediksi tumbuh 12,15 persen, utilitas dan konstruksi 5,69 persen, kendaraan bermotor dan suku cadangnya 5,05 persen, serta sektor pertambangan dan ekstraksi naik 4,21 persen.

0 comments

    Leave a Reply