May 18, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

INCO Direkomendasikan BELI dengan Target Harga Rp3.500

iVOOXid, Jakarta – Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) direkomendasikan BELI oleh Frederick Daniel, analis PT Indo Premier Sekuritas, dengan target harga Rp3.500 per unit. Itu artinya, harga INCO berpotensi naik sekitar 19,45% dibandingkan harga transaksi ketika artikel ini ditulis pada Selasa (05/09/2017), yaitu sebesar Rp2.930 per unit.

“Seiring dengan proyeksi kenaikan harga jual nikel dari USD11.000 per ton menjadi USD12 per ton, maka INCO diperkirakan bakal mengalami kenaikan laba antara 62-73% dalam kurun waktu 2018-2019,” ujar Frederick.

Frederick mengungkapkan, proyeksi harga jual rata-rata (average selling price/ASP) sebesar itu akan mendorong kenaikan marjin laba bersih masing-masing sebesar 11,9% dan 10,2% pada 2018 dan 2019 dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 7,9% dan 6,4%.

Menurut Frederick, kenaikan harga jual tersebut disebabkan oleh keterbatasan pasokan di pasaran global yang akan terus berlanjut hingga dua tahun kedepan. Disamping itu, permintaan nikel yang mencapai antara 200.00-300.000 ton per tahun sebagai bahan baku untuk memproduksi sistim elektrik kendaraan akan terus menopang penguatan harga nikel kedepan. Permintaan sebanyak itu mencapai 10-15% dari penyerapan nikel global.

Saat ini, Tesla yang merupakan produsen sistim elektrik kendaraan terbesar di triwulan pertama 2017, tetapi tidak termasuk Cina, sedang membangun pabrik di Nevada untuk memenuhi target produksi tahunan sebanyak 500.000 unit pada 2018 dan 1 juta unit pada 2019.

Tesla juga akan memproduksi baterai berbahan baku nikel sebanyak 270.000 ton pada 2018 dan 540.000 ton pada 2020. Baterai jenis ini akan mengurangi penggunaan kobalt pada katodanya, karena diganti dengan nikel.

Pada semester pertama 2017, total konsumsi nikel secara global tercatat mencapai 873.000 ton, sementara itu produksi nikel hanya mencapai 813.000 ton sehingga terjadi defisit pasokan sebanyak 60.000 ton. Angka itu nyaris sama dengan defisit nikel yang terjadi pada 2016 sebanyak 71.000 ton.

Sementara itu, demikian Frederick, produksi nikel Indonesia yang naik 66% atau sebanyak 69.000 ton pada semester pertama 2017 dibandingkan periode yang sama pada 2016 tidak mampu mengimbangi penurunan produksi nikel Rusia sepanjang periode tersebut sekitar 25% atau 78.000 ton.

Karena itu, Frederick mengungkapkan, Indonesia memperoleh manfaat dari defisit pasokan nikel pada saat ini. Pasalnya, ekspor bijih nikel Indonesia ke Cina sepanjang tujuh bulan pertama 2017 melesat 306% dibandingkan periode yang sama pada 2016 menjadi sebesar 1,1 juta ton atau setara dengan 19.6000 ton nikel. Sementara itu, ekspor ferronikel tercatat naik 69%.[abr]

0 comments

    Leave a Reply