Imbas Gelombang Demo Besar-besaran, IHSG Langsung Turun di Pembukaan dan Ditutup Anjlok 2,2 Persen

IVOOX.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada pembukaan perdagangan Jumat, 29 Agustus 2025, setelah sehari sebelumnya ditutup menguat dan sempat menembus level 8.000. IHSG dibuka di zona merah di level 7.899 atau turun 1,82 persen. Dari pantauan RTI Business hingga pukul 10.00 WIB, mayoritas saham tertekan, dengan 628 saham tercatat melemah.
Perkembangan situasi Jakarta yang masih belum kondusif sejak Kamis malam disebut turut menekan sentimen pasar. “IHSG berpotensi bergerak melemah hari ini, level support di rentang 7.830–7.900 dan level resitansi di rentang 8.000–8.050,” kata Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, dalam keterangannya, Jumat.
Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat justru melanjutkan reli. Indeks S\&P 500 menguat 0,32 persen, Nasdaq Composite naik 0,53 persen, dan Dow Jones Industrial Average menambah 0,16 persen hingga mencetak rekor tertinggi.
Menurut Fanny, investor global pada Jumat ini akan fokus pada rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE). “Tanda-tanda peningkatan inflasi dapat meredam ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan The Fed pada pertemuan bulan September mendatang,” katanya.
Di kawasan Asia-Pasifik, pergerakan bursa terpantau variatif. Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,73 persen, Kospi Korea Selatan naik 0,29 persen, dan indeks ASX 200 Australia naik 0,22 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong justru terkoreksi 0,81 persen.
Mengutip Antara, IHSG anjlok 2,27 persen ke level 7.771,28 pada penutupan perdagangan sesi I Jumat. Penurunan ini seiring dengan masih berlanjutnya aksi demonstrasi di Jakarta.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 662 saham melemah, hanya 89 saham yang menguat, dan 49 saham stagnan. Nilai transaksi tercatat Rp13,31 triliun hingga sesi pertama.
Analis pasar modal Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menilai pelemahan IHSG dipicu oleh kombinasi beberapa faktor, salah satunya ketidakstabilan politik dalam negeri akibat aksi demonstrasi yang meluas sejak Kamis malam.
"Ketidakstabilan politik dalam negeri, kekhawatiran pasar pada dampak yang meluas dan keberlanjutan atas aksi yang terjadi beberapa hari terakhir," ujar Oktavianus di Jakarta, Jumat (29/8/2025), dikutip dari Antara.
Selain itu, faktor lain yang turut memengaruhi yakni sentimen big caps yang tidak solid, serta pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"Jika melihat DXY turun seharusnya rupiah cenderung menguat, sehingga kami melihat ada ketidaksinambungan yang terjadi di pasar," tutur Oktavianus.
Meski demikian, ia menyebut ada ruang positif pada sektor barang baku, khususnya komoditas emas yang menyentuh level tertinggi dalam sebulan terakhir di posisi 3.400 dolar AS per troy ounce.
Sementara, analis sekaligus penggiat pasar modal Indonesia Reydi Octa menuturkan ketidakpastian global masih membayangi, terutama dari Amerika Serikat terkait ekspektasi inflasi dan arah kebijakan suku bunga bank sentral AS atau The Fed.
"IHSG kemarin menguat tipis +0,20 persen meski asing jual bersih Rp279 miliar. Namun, potensi tekanan tetap ada akibat kekhawatiran politik dalam negeri dan capital outflow," kata Reydi, dikutip dari Antara.

0 comments