IHSG Melemah di Tengah Sentimen Geopolitik dan Energi | IVoox Indonesia

June 27, 2025

IHSG Melemah di Tengah Sentimen Geopolitik dan Energi

antarafoto-pembukaan-ihsg-usai-libur-lebaran-1744090102-1
Pengunjung mengamati layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 09.00.00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS), setelah penurunan IHSG yang melebihi 8 persen. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S

IVOOX.id – Analis PT Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan, menyebut bahwa secara teknikal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menembus level psikologis 7.000, yang memperlihatkan munculnya kecemasan pasar. Ia mengamati pola double top dalam grafik harian IHSG, yang kini dikonfirmasi telah menembus area neckline dan mengindikasikan tren bearish.

IHSG menutup pekan perdagangan hingga Jumat, 20 Juni 2025 dengan pelemahan signifikan sebesar 3,61 persen ke level 6.907. Koreksi ini juga diiringi aksi jual investor asing yang mencatatkan outflow senilai Rp 4,6 triliun di pasar reguler.

Menurut David, tekanan terhadap IHSG tak lepas dari kombinasi faktor eksternal dan internal. Secara global, keputusan Presiden AS menunda operasi militer di Timur Tengah memberikan sedikit ruang bagi diplomasi, namun ketegangan geopolitik masih menyisakan volatilitas tinggi, terutama karena harga minyak dunia yang fluktuatif di kisaran 75–78 sen dolar AS per barel.

Dari sisi kebijakan moneter, meski The Fed mempertahankan suku bunga di 4,25–4,50 persen, pasar menilai sikap ini cenderung hawkish mengingat inflasi yang masih belum terkendali. Sebaliknya, bank sentral Swiss dan Norwegia telah memutuskan memangkas suku bunga untuk merespons tekanan terhadap ekonomi dan nilai tukar.

Di dalam negeri, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50 persen demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong target bauran energi terbarukan mencapai 23 persen pada 2025 sebagai bagian dari transisi menuju energi bersih.

Menjelang pekan perdagangan 23-26 Juni 2025 (karena libur 1 Muharram pada 27 Juni), David menyarankan pelaku pasar untuk mencermati dua sentimen utama: ketegangan geopolitik Timur Tengah dan perkembangan sektor energi.

"Jika situasi antara Israel dan Iran mereda, maka harga minyak bisa menurun dan saham sektor konsumsi berpeluang menguat. Namun jika konflik meningkat, maka sektor energi dan pertahanan akan menjadi favorit pasar," kata David dalam keterangan resmi yang diterima ivoox.id Minggu (22/6/2025).

IPOT merekomendasikan empat instrumen investasi yang dinilai memiliki potensi menarik.

BRPT (Barito Pacific) : Berada dalam tren naik dan memiliki prospek cerah di tengah dorongan pemerintah terhadap energi bersih.

BBNI (Bank Negara Indonesia): Mendekati area support, stabilitas suku bunga BI menjadi katalis positif bagi sektor perbankan.

ISAT (Indosat Ooredoo Hutchison): Bergerak konsisten di atas MA5, dengan peluang breakout jika disertai volume tinggi.

Obligasi FR0097: Cocok untuk investor konservatif yang ingin diversifikasi ke obligasi dengan imbal hasil di atas rata-rata pasar.

0 comments

    Leave a Reply