IHSG Melemah dalam Sepekan, Dana Asing Keluar Rp 3,9 Triliun | IVoox Indonesia

May 9, 2025

IHSG Melemah dalam Sepekan, Dana Asing Keluar Rp 3,9 Triliun

Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan gawai di Jakarta
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan gawai di Jakarta, Rabu (6/11/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/wpa.

IVOOX.id – Pada pekan terakhir November 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sebesar 81 poin atau turun 1,13%, berakhir di level 7.114 pada Jumat (29/11/2024). Penurunan ini diiringi oleh aliran keluar dana asing (capital outflow) yang mencapai Rp3,9 triliun di seluruh pasar, menunjukkan tekanan jual dari investor asing.  

Imam Gunadi, analis PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menjelaskan bahwa pelemahan IHSG dipengaruhi oleh faktor global dan domestik. Dari sisi global, inflasi Amerika Serikat berdasarkan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) untuk Oktober 2024 tercatat stabil di angka 2,3% secara tahunan (YoY). Meski sesuai ekspektasi pasar, angka ini memperkuat peluang Federal Reserve untuk mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi lebih lama, yang dapat menarik investor global ke aset berbasis dolar AS. 

Selain itu, rencana tarif dagang yang diusulkan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, menambah kekhawatiran pasar. Tarif 25% untuk produk dari Meksiko dan Kanada serta tambahan 10% untuk barang dari China berpotensi memicu ketidakpastian global, yang dapat memperlemah mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. 

“Dari sisi domestik, Pilkada Serentak 2024 membawa dampak positif bagi sektor ekonomi tertentu seperti infrastruktur, konsumsi, serta media dan percetakan. Namun, rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada awal 2025 menimbulkan kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat yang dapat tertekan akibat peningkatan biaya konsumsi,” katanya dalam siaran pers yang diterima ivoox.id Minggu (1/12/2024).

Pekan mendatang, sentimen global yang menjadi perhatian adalah data PMI manufaktur China untuk November 2024 yang diperkirakan menunjukkan peningkatan ke angka 50,5. Jika realisasi lebih tinggi dari ekspektasi, hal ini dapat mendukung sentimen positif terkait prospek ekonomi China. Di sisi lain, data PMI manufaktur Amerika Serikat diperkirakan tetap berada di zona kontraksi dengan angka konsensus 47,5. Perlambatan ini dapat memberikan harapan terhadap kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter The Fed. 

Investor juga akan mencermati pertemuan OPEC+ pada 5 Desember 2024 yang akan membahas kebijakan produksi minyak. Dari domestik, data inflasi Indonesia untuk November 2024 diprediksi turun ke 1,5% secara tahunan, mendekati batas bawah target Bank Indonesia, yang dapat mengindikasikan melemahnya daya beli konsumen. 

Menjelang akhir tahun, aktivitas ekonomi cenderung meningkat seiring perayaan Natal dan Tahun Baru. Hal ini diharapkan memberi dorongan pada sektor ritel, pariwisata, dan perhotelan, yang mendapat manfaat dari lonjakan belanja konsumen dan perjalanan liburan. Peningkatan permintaan barang konsumsi juga diyakini akan mendorong sektor manufaktur dan distribusi. 

PT Indo Premier Sekuritas memberikan rekomendasi saham dengan memperhatikan sentimen positif dari sektor batu bara, ritel, dan infrastruktur. Emiten seperti PTRO, BUMI, MAPA, dan ETF SMINFRA18 diperkirakan mendapat manfaat dari peningkatan aktivitas ekonomi pada akhir tahun. 

0 comments

    Leave a Reply