IDAI Kirim Tim Medis Lakukan Pengobatan Massal dan Trauma Healing Anak-anak Korban Bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar | IVoox Indonesia

December 22, 2025

IDAI Kirim Tim Medis Lakukan Pengobatan Massal dan Trauma Healing Anak-anak Korban Bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, DR Dr Pirim Basarah Yanuarso
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, DR Dr Pirim Basarah Yanuarso, SpA, Subsp Kardio(K) bersama Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI, Dr Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed, Sp.A, Subsp.E.T.I.A(K) dalam konferensi pers Senin (1/12/2025). IVOOX.ID/Tangkapan Layar youtube IDAI

IVOOX.id – Tim medis dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) diterjunkan ke sejumlah titik terdampak bencana banjir dan longsor di Sumatra. Tim medis dari organisasi profesi dokter anak itu memprioritaskan kesehatan anak, pemenuhan nutrisi balita, serta dukungan psikososial di tengah kondisi pengungsian yang padat dan sarana kesehatan yang terbatas.

“Kaum difabel, lansia, dan ibu hamil adalah kelompok yang paling rentan. Kesehatan dan keselamatan mereka harus menjadi prioritas utama dalam proses evakuasi ke tempat yang aman.” Ujar Ketua Pengurus Pusat IDAI Pirim Basarah Yanuarso dalam konferensi pers Senin (1/12/2025).

Ia menegaskan bahwa dalam kondisi seperti ini, anak-anak merupakan kelompok paling terdampak sehingga harus menjadi prioritas evakuasi dan layanan kesehatan. Berdasarkan data gabungan hingga 1 Desember 2025, Sumatera Barat mencatat 148 korban meninggal dunia, termasuk empat anak, sementara 105 orang masih hilang. Di Sumatera Utara, laporan menunjukkan puluhan korban meninggal serta ratusan warga terdampak. Di Aceh, gangguan akses kesehatan menjadi tantangan utama di sejumlah wilayah, termasuk Pidie Jaya.

Akses menuju lokasi bencana banyak terhambat akibat jembatan putus, jalan rusak, listrik padam, hingga sinyal telekomunikasi hilang. Kondisi tersebut menyebabkan fasilitas kesehatan seperti RSUD Pidie Jaya mengalami keterbatasan operasional karena tenaga kesehatan tidak bisa masuk. Kekurangan air bersih, makanan, pakaian layak pakai, hingga obat-obatan anak semakin memperburuk situasi.

IDAI mengirimkan sejumlah tim dokter anak ke wilayah terdampak. Mereka memberikan layanan kesehatan di posko pengungsian, memperkuat rumah sakit daerah, hingga mengoperasikan mobile clinic. Upaya ini juga meliputi layanan psikososial bagi anak-anak yang mengalami trauma akibat bencana. Selain itu, IDAI dan mitra lokal turut menyalurkan bantuan kebutuhan dasar bagi para pengungsi.

Tim dokter IDAI dari Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah menjangkau ratusan anak dalam pelayanan kesehatan massal. Di Sumatera Utara, pemeriksaan dilakukan di sejumlah titik seperti Binjai yang mencatat 66 anak diperiksa dengan keluhan dominan ISPA, diare, dan infeksi kulit. Di Langkat, 125 anak mendapatkan layanan medis dengan kasus serupa, sedangkan di Medan Barat sebanyak 54 anak menjalani pemeriksaan yang juga didominasi infeksi saluran pernapasan.

Di Sumatera Barat, tim IDAI menjalankan skrining tumbuh kembang di Padang dan menemukan satu kasus speech delay dari 47 anak yang diperiksa. Layanan pengobatan juga dilakukan di Kota Padang dan Kota Pariaman, sementara di Aceh tim EMT diterjunkan ke Pidie Jaya untuk memperkuat RSUD setempat serta menyelenggarakan mobile clinic dan pelayanan di posko pengungsian seperti Mesjid Agung Bireuen.

Selain layanan kesehatan, IDAI juga bergerak memenuhi kebutuhan dasar para penyintas. Air bersih, makanan siap santap, pakaian, selimut, sembako, hingga perlengkapan kebersihan didistribusikan ke berbagai posko. Di Sumatera Barat, tim bekerja sama dengan AIMI menyiapkan ratusan porsi MPASI dan makanan balita untuk memastikan pemenuhan nutrisi anak tetap terjaga.

Berbagai kegiatan trauma healing juga digelar, seperti di Kecamatan Nanggalo, Padang. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu anak-anak mengatasi dampak psikologis setelah menyaksikan bencana dan kehilangan tempat tinggal. IDAI juga menyiapkan tim psikologi anak untuk mendukung kelanjutan proses pendidikan di wilayah terdampak.

Meski demikian, sejumlah kendala besar masih dihadapi di lapangan. Kekurangan obat-obatan, sulitnya akses menuju lokasi terisolasi, kebutuhan bahan bakar, hingga minimnya tenaga kesehatan tambahan masih menjadi hambatan utama. Potensi wabah penyakit seperti ISPA dan diare juga meningkat akibat sanitasi buruk dan kondisi pengungsian yang padat.

Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI, Kurniawan Taufiq Kadafi menyampaikan bahwa pihaknya terus meningkatkan koordinasi serta menambah tim relawan untuk menjangkau wilayah yang belum tersentuh bantuan. Ia menegaskan bahwa prioritas IDAI tidak hanya pada respons cepat, tetapi juga pemulihan jangka menengah melalui pelayanan kesehatan anak, dukungan psikososial, dan pengawasan penyakit yang dapat dicegah imunisasi.

Kurniawan menyebut IDAI sedang memperluas jangkauan ke daerah yang belum tersentuh bantuan serta memperkuat koordinasi melalui posko komando. Ia menegaskan bahwa pemulihan kesehatan anak, penyediaan air bersih, dan pemantauan penyakit berbasis imunisasi akan menjadi fokus lanjutan selama fase pemulihan.

0 comments

    Leave a Reply