Haul Bonbin Bandung, Ully Sigar: Kebudayaan dan lingkungan seperti dua sisi koin

IVOOX.id - Manajemen Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) memperingati haul pendiri Kebun Binatang Bandung, Ema Bratakusumah pada Sabtu, (15/7/2023) di Kebun Binatang Bandung Taman Sari Kota Bandung. Acara yang dihadiri para budayawan dan seniman Sunda itu mengusung 'Ngaruwat Jagat Ngajaga Lembur'.
Acara tersebut diisi dengan pertunjukan silat dari berbagai perguruan di Jawa Barat, selain itu juga menampilkan pertunjukan seni dari berbagai daerah di Jawa Barat yang dihadiri oleh pegiat budaya sebanyak sekitar 400 orang.
Bisma Bratakusumah selaku Ketua YMT menjelaskan jika peringatan haul tersebut rutin digelar di Kebun Binatang Bandung. Pada peringatan tahun ini berfokus memperkenalkan sekaligus mengedukasi masyarakat terhadap kebudayaan Sunda.
"Setiap tahunnya mungkin akan kami adakan acara peringatan ini. Rangkaian kegiatan hari ini lebih kepada mengenalkan atau mengedukasi masyarakat terhadap kebudayaan Sudna," ujar Bisma di Kebun Binatang Bandung ,Sabtu (15/7/2023).
Ketua YMT berharap dengan diadakannya acara ini, selain menjadi pusat edukasi satwa, Yayasan Margasatwa Taman sari dapat menjadi wadah budaya bagi masyarakat. ia berpendapat Kesenian Tradisional perlu dikenalkan kepada generasi muda agar tetap lestari.
Selain pertunjukan Seni Tradisional dalam acara tersebut diadakan juga serah terima bibit pohon dari Perkumpulan Panahan Tradisional kepada Yayasan Margasatwa Tamansari. Ully Sigar selaku Budayawan menyampaikan dalam sambutannya kebudayaan dan lingkungan sangat berkaitan erat, seperti dua sisi koin yang tidak bisa dipisahkan.
"Sekarang di samping bencana lingkungan yang banyak kita ingin memperhatikan budaya budaya yang saat ini di Indonesia begitu banyak, namun sebetulnya kepunahan Budaya akan menjadi bencana bagi kerusakan lingkungan begitupun sebaliknya kerusakan lingkungan akan jadi kerusakan budaya," ujar Ully saat prosesi penyerahan bibit pohon secara simbolik pada Sabtu (15/7/2023).
Ully menambahkan saat ini terjadi bencana budaya dengan terpecahbelahnya antar suku bangsa, ia menyebut perpecahan tersebut harus segera dihentikan agar kebudayaan akan tetap tumbuh berbarengan dengan terjaganya lingkungan.
"Bencana budaya yang saat ini terjadi adalah terpecah belahnya antar suku bangsa, terputusnya silaturami antar kita dan terlupakannya warisan leluhur yang merupakan warisan treadisi yang harus kita lestarikan," tutupnya.
Kebun Binatang Bandung ini pada awalnya dikenal dengan nama Derenten (dalam Bahasa sunda, dierentuin) yang artinya kebun binatang. Kebun Binatang Bandung berdiri tahun 1930 oleh Bandung Zoological Park (BZP), yang dipelopori oleh Direktur Bank Dennis, Hoogland.
Pengesahan pendirian Kebun Binatang ini diwenangi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pengesahannya dituangkan pada keputusan 12 April 1933 No.32.
Saat Jepang menguasai daerah ini, tempat wisata ini kurang terkelola, hingga pada tahun 1948, dilakukan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi tempat wisata ini.
Kemudian tahun 1956, atas inisiatif dari Raden Ema Bratakusumah, Bandung Zoological Park dibubarkan dan berganti menjadi Yayasan Marga Satwa Tamansari pada tahun 1957.
Kebun binatang ini menempati luas lahan 13,5 ha yang topografinya bergelombang dengan penggunaan 18,25% untuk areal perkandangan, 55,20% untuk pertamanan dan lesehan, 4,7% untuk taman ria dan kolam perahu, dan 2,4% untuk pengolahan sampah. Sisanya digunakan untuk bangunan kantor, museum aquarium, dan jalan.

0 comments