Harga Emas Naik 1% Karena Dolar Melemah

IVOOX.id, New York - Harga emas melonjak 1% dan perak rally lebih dari 6% pada hari Senin didukung oleh dolar yang lebih lemah, sementara investor menunggu data inflasi utama untuk isyarat pada laju kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS.

Spot gold terakhir naik 0,49% menjadi $1,724.386 per ounce. Emas berjangka AS juga naik 0,42% menjadi $1.735,80

Pejabat Bank Sentral Eropa telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi, yang telah mendukung euro dan menekan dolar AS dan sebagian bertanggung jawab atas beberapa kekuatan di pasar emas, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Indeks dolar mundur, membuat emas lebih menarik bagi pembeli luar negeri. Investor bersiap untuk pembacaan Indeks Harga Konsumen AS hari Selasa yang kemungkinan akan menunjukkan harga Agustus naik pada kecepatan 8,1% sepanjang tahun, dibandingkan angka 8,5% untuk Juli.

"Kita mungkin melihat posisi pedagang untuk laporan inflasi AS yang menguntungkan besok yang dapat memberikan dorongan yang lebih besar lagi jika kita melihat pelemahan lebih lanjut," Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai inflasi, tetapi kenaikan suku bunga diterjemahkan menjadi biaya peluang yang lebih tinggi untuk memegang emas batangan, yang tidak membayar bunga.

Pergerakan emas tampaknya dibayangi oleh perak, yang biasanya mengikuti emas tetapi juga dapat dipengaruhi oleh isyarat ekonomi mengingat kegunaan industrinya. Spot silver melonjak lebih dari 5% ke level tertinggi sejak 17 Agustus di sekitar $20 per ounce.

Meger dari High Ridge menyebutnya sebagai “reli penutup pendek yang dramatis.” Logam ini mungkin juga mengambil isyarat dari reli risk-on secara keseluruhan, Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index, mengatakan dalam sebuah catatan.

Palladium naik 4,23% menjadi $2,264.9153 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 12 Agustus di $2,274.33. Platinum melambung 2,73% menjadi $905,0533.(CNBC)