Harga Beras Naik Secara Tahunan, BPS Waspadai Risiko Cuaca terhadap Produksi

IVOOX.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa harga beras secara nasional mengalami kenaikan tahunan (year-on-year/yoy) pada Mei 2025. Kenaikan ini terjadi di tengah tren penurunan produksi padi sejak April dan potensi berlanjutnya penurunan tersebut hingga Juli mendatang.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa meskipun secara bulanan (month-to-month/mtm) harga beras di tingkat penggilingan hanya turun tipis sebesar 0,01%, secara tahunan tetap mencatatkan kenaikan sebesar 2,37%. “Data harga ini merupakan rata-rata yang mencakup seluruh jenis kualitas beras dan mencerminkan kondisi di berbagai wilayah Indonesia,” kata Pudji dalam konferensi pers secara daring pada Senin (2/6/2025).
Jika dirinci menurut kualitas beras, beras premium mengalami penurunan harga sebesar 0,35% (mtm) dan hanya naik 0,01% secara tahunan. Sementara itu, beras medium justru mencatat kenaikan 0,17% (mtm) dan cukup tinggi secara tahunan yaitu 4,18%.
Kenaikan harga juga terlihat di tingkat grosir dan eceran. Di tingkat grosir, inflasi harga beras tercatat sebesar 0,05% (mtm) dan 2,07% (yoy). Sementara di tingkat eceran, inflasi lebih tinggi, yakni 0,20% (mtm) dan 2,46% (yoy).
Meski harga beras menunjukkan tren kenaikan, BPS menyoroti kondisi produksi yang turut dipengaruhi oleh faktor cuaca. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan pada periode April hingga Juli 2025 berada pada kategori rendah hingga menengah, kondisi yang secara umum mendukung budidaya padi. Namun, beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami curah hujan tinggi hingga sangat tinggi pada Juni dan Juli, yang dapat mengganggu panen.
Produksi padi sepanjang Mei hingga Juli 2025 diperkirakan mencapai 13,44 juta ton gabah kering giling (GKG), turun 1,47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari angka tersebut, potensi produksi beras diperkirakan sebesar 7,75 juta ton. Meski demikian, secara kumulatif total produksi padi dari Januari hingga Juli 2025 diperkirakan mencapai 21,76 juta ton, atau meningkat 14,49% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Wilayah-wilayah dengan potensi panen terbesar selama Mei–Juli masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat (Indramayu, Subang, Cirebon, Karawang, Bekasi, Cianjur, Sukabumi), Jawa Tengah (Grobogan, Sragen, Pati, Demak, Blora), dan Jawa Timur (Bojonegoro, Lamongan, Jember). Di luar Jawa, potensi panen juga tercatat di Sumatra (Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung), Sulawesi Selatan dan Tengah (terutama Pinrang, Luwu, Luwu Timur), NTB (Sumbawa), serta Kalimantan Selatan.

0 comments