Hadapi Musim Panas, Pemerintah Segera Modifikasi Cuaca di Tiga Provinsi | IVoox Indonesia

December 18, 2025

Hadapi Musim Panas, Pemerintah Segera Modifikasi Cuaca di Tiga Provinsi

gambut
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Ruandha Agung Sugardiman (tengah) saat peluncuran Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca secara virtual di Jakarta, Senin (11/5)

IVOOX.id, Jakarta - Pemerintah segera melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan di wilayah Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Pelaksanaan operasi TMC dilakukan untuk antisipasi dini jelang musim panas dan mencegah kekeringan gambut.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Ruandha Agung Sugardiman mengatakan, operasi modifikasi cuara bertujuan membasahi lahan-lahan gambut di musim kemarau, dengan mengisi kanal-kanal, embung dan kolam-kolam retensi.

“Operasi TMC ini akan diawali dengan pembentukan dua posko di wilayah Sumatera yaitu Posko Pekanbaru yang meliputi wilayah Provinsi Riau dan sebagian Jambi, serta posko Palembang untuk wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan sebagian Jambi. Operasi TMC ini akan dilaksanakan selama 15 hari di masing-masing posko”, ucap Ruandha Agung, pada peluncuran operasional pelaksanaan TMC virtual di Jakarta, Senin (11/5).

Ikut dalam peluncuran TMC secara virtual itu adalah beberapa pejabat dari Kementerilan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG), Badan Penangangulangan Benana Daerah (BPBD), Danlanud, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kepala Dinas Kehutanan provinsi terkait, perwakilan pihak swasta dari RAPP dan Sinar Mas, di Jakarta, Senin (11/05).

 Ruandha menegaskan, setelah dua posko dibentuk, pihaknya akan tiga posko serupa di wilayah Kalimantan, yaitu posko Kalteng-Kalsel, posko Kalbar dan posko Kaltim-Kaltara.

“Diharapkan pelaksanaan TMC yang segera dimulai setelah launching hari ini, dapat mencegah terjadinya karhutla dan menekan angka karhutla Tahun 2020 secara nasional dan khususnya di propinsi-propinsi bergambut yang rawan karhutla”, tambahnya.

Proses Alamiah

Pada prinsipnya, operasi TMC meniru proses alamiah yang terjadi di dalam awan. Sejumlah partikel higroskopik yang dibawa dengan pesawat ditambahkan langsung ke dalam awan jenis Cumulus (awan hujan) agar proses pengumpulan tetes air di dalam awan segera dimulai. Dengan berlangsungnya pembesaran tetes secara lebih efektif maka proses hujan menjadi lebih cepat dan menghasilkan curah hujan yang lebih banyak.

Dengan didukung pesawat TNI-AU jenis Cassa 212-200 dari Skuadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh - Malang, dengan kapasitas angkut 800 kg garam (NaCl) berbentuk powder untuk disemai dalam setiap sorti penerbangan, diharapkan akan diperoleh hasil maksimal.

Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyampaikan terimakasih dan penghargaan pada semua pihak yang terlibat dalam pengendalian karhutla

Tim Satgas lapangan ini tidak hanya bekerja di titik terdepan saat terjadi karhutla, namun juga rutin turun melakukan sosialisasi bahaya karhutla dan penyebaran covid-19 secara door to door (ke rumah warga).

Satgas Karhutla yang terdiri dari Manggala Agni KLHK, TNI, Polri, BNPB, BPPT, BMKG, BPBD, Pemda, pihak swasta seperti dari RAPP dan Sinar Mas, Masyarakat Peduli Api (MPA), serta para relawan dari berbagai kelompok masyarakat lainnya, secara rutin dan konsisten tetap melakukan upaya-upaya pengendalian Karhutla, dengan tetap menerapkan protokol Covid-19.

''Saya ucapkan terimakasih pada tim di lapangan, tetap jaga kesehatan dan keselamatan. Kolaborasi kerja di tingkat tapak oleh semua pihak sangat penting dilakukan. Karena mengendalikan Karhutla tidak bisa menunggu, upaya antisipasi seperti TMC dan patroli rutin menjadi pilihan yang tepat untuk dilakukan. Saya terus mengikuti laporan dari lapangan setiap hari,'' kata Siti.

Lebih lanjut Menteri Siti menjelaskan beberapa lokasi gambut yang terjadi kebakaran berulang, harus tetap mendapat perhatian serius. Para pihak harus memastikan bahwa gambut tetap dalam kondisi basah. “Bapak Presiden sudah mengingatkan untuk terus waspada dan lakukan pencegahan sedini mungkin,” ujar Menteri Siti.

Selama kurun waktu 2016 hingga Maret 2020 telah berhasil dipulihkan ekosistem gambut yang rusak seluas 3.474.687,72 ha, dalam bentuk penanganan tata kelola air (pembasahan) melalui pembangunan dan pengoperasian 27.889 unit sekat kanal, rehabilitasi vegetasi seluas 4.438,70 ha, dan mendorong suksesi alami pada area seluas 306.112 hektare.

Tercatat nilai rata-rata Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) setelah intervensi pemulihan ekosistem gambut pada sebanyak 10.690 unit titik kontrol penaatan yang tersebar di 12 Provinsi, yaitu pada angka 0,55 meter pada tahun 2019, dan membaik menjadi 0,46 meter pada Kuartal I tahun 2020. (Batas toleransi menurut PP adalah 0,40 m)

Hasil analisis pada Peta area yang diintervensi dengan data karhutla tahun 2019, menunjukkan bahwa tidak terdapat karhutla di areal-areal yang sudah diintervensi, baik di areal konsesi maupun lahan masyarakat, jelasnya.

0 comments

    Leave a Reply