Genjot Ekonomi Nasional, Kementerian Koperasi Fokus Agar Lebih Banyak Koperasi Garap Sektor Riil

IVOOX.id – Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM), Ahmad Zabadi mengatakan bahwa pihaknya berupaya agar lebih banyak koperasi di Indonesia menggarap sektor riil dan produktif, selain usaha simpan pinjam yang selama ini dominan menjadi bisnis utama bagi banyak koperasi di tanah air.
"Kalau dulu koperasi itu lebih banyak bergerak di usaha simpan pinjam, sekarang ini harus mulai berubah untuk menguatkan ekosistem sektor riil. Kami di Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) telah melakukan excercise di sektor riil ini dan hasilnya bagus," kata Ahmad Zabadi dalam keterangan pers yang diterima ivoox.id Minggu (28/7/2024).
Zabadi menyatakan bahwa jumlah koperasi di Indonesia berdasarkan data ODS (Online Data System) tahun 2022 mencapai 130.354 unit. Jumlah anggota mencapai 29,45 juta orang dengan total volume usaha sebesar Rp197,8 triliun dan aset Rp281 triliun.
Berdasarkan jenisnya, koperasi konsumen mendominasi dengan 54,70 persen, diikuti oleh koperasi produsen sebesar 20,68 persen. Sementara jumlah koperasi simpan pinjam (KSP) mencapai 14,34 persen, dengan sisanya merupakan koperasi jasa dan pemasaran.
Ahmad Zabadi menegaskan bahwa besarnya jumlah dan volume usaha koperasi ini masih berpotensi untuk ditingkatkan dan dikembangkan melalui transformasi model bisnis koperasi. Salah satu caranya adalah dengan mendorong koperasi untuk membangun ekosistem usaha di sektor riil.
Zabadi mencontohkan beberapa transformasi usaha koperasi di sektor riil, seperti yang dilakukan oleh Koperasi Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, yang sukses mengelola usaha pertanian. Hasil panen dari petani diserap dengan harga yang layak oleh koperasi dan kemudian dipasarkan ke supermarket atau hotel.
"Koperasi pertanian komoditas holtikultura ini dikelola dengan berbasis inovasi dan teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas para petani," kata Zabadi.
Contoh lain dari program transformasi unggulan koperasi adalah hilirisasi produk sawit. Selama ini, petani sawit hanya mendapatkan nilai tambah dalam bentuk tandan buah segar, namun KemenKopUKM mendorong koperasi untuk mulai mengolahnya menjadi minyak makan merah. Pabrik pertama telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Deli Serdang pada Maret 2024.
"Saat ini kita telah berhasil mengembangkan produk minyak makan merah yang diproduksi oleh pabrik-pabrik milik koperasi," ujar Zabadi.
Beberapa contoh sukses transformasi koperasi tersebut menunjukkan bahwa koperasi mampu berkembang dengan baik. Sayangnya, jumlah koperasi di sektor riil masih sangat terbatas. Untuk meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian nasional, porsinya perlu diperluas.
"Kalau kita mengacu kondisi global, maka arah transformasi koperasi mendatang adalah ke sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan, perikanan, atau yang secara umum disebut sebagai agromaritim," kata Zabadi.
Saat ini, terdapat 300 Koperasi Besar Dunia yang dirilis World Cooperative Monitor (WCM), salah satunya adalah Koperasi Nong Hyup Korea Selatan yang menjadi raksasa pertanian dengan omzet 61,17 miliar dolar AS. Kemudian Zen Noh di Jepang dengan omzet 38,91 miliar dolar AS, dan Fonterra di Selandia Baru yang memasok hampir 30 persen susu ke pasar dunia.
"Jadi ke depan, koperasi atau usaha simpan pinjam akan kami tata dan perkuat tata kelola serta pengawasannya agar terarah ke sektor produksi," ujar Zabadi.
Zabadi mengatakan bahwa untuk membawa koperasi di Indonesia maju dan berkembang secara modern serta lebih dominan bergerak di sektor riil, diperlukan dukungan regulasi yang proaktif. Untuk itu, KemenKopUKM sedang berupaya maksimal untuk mendorong revisi UU Perkoperasian agar segera disahkan.
"Agenda terpenting dalam penataan usaha simpan pinjam adalah penguatan ekosistem kelembagaan melalui dua pilar yaitu lembaga pengawasan KSP dan lembaga penjaminan simpanan KSP. Hal itu hanya dapat dilakukan melalui revisi UU Perkoperasian," kata Zabadi.

0 comments