Forum Iklim ASEAN, Arsjad Rasjid: ASEAN pimpin target nol emisi karbon | IVoox Indonesia

April 28, 2025

Forum Iklim ASEAN, Arsjad Rasjid: ASEAN pimpin target nol emisi karbon

pembukaan ASEAN climate forum
Chairman of ASEAN Business Advisory Council Arsjad Rasjid (kedua kanan) bersama Excecutive Director ASEAN Centre for Biodiversity Theresa Mundita Lim (kedua kiri) menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara ASEAN-BAC dengan ASEAN Centre for Biodiversity disaksikan Director Mainstreaming Biodiversity Division ASEAN Centre for Biodiversity, Oliver Agoncillo (kiri) dan ASEAN Carbon Center of Excellence and ASEAN Net Zero Hub Legacy Lead, CEO of PT Rimba Makmur Utama, Dharsono Hartono (kanan) saat pembukaan ASEAN Climate Forum di Jakarta, Sabtu (2/9/2023). ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Raisan Al Farisi

IVOOX.id - Ketua ASEAN-BAC, Arsjad Rasjid, mencatat bahwa Forum Iklim ASEAN menyoroti komitmen dan tindakan dunia usaha untuk mencapai emisi nol bersih di Asia Tenggara, pentingnya meningkatkan pasar karbon, dan peran keuangan berkelanjutan dalam mencapai netralitas karbon.

“Asia Tenggara merupakan kawasan dengan potensi yang melimpah, namun sangat rentan terhadap perubahan iklim. Hal ini memerlukan komitmen bersama dari ASEAN untuk mencapai emisi net zero karbon di kawasan ini,” kata Arsjad Rasjid, di Forum Iklim ASEAN, Sabtu (2/3/2023).

Arsjad menambahkan, transisi menuju net-zero di semua sektor juga berpotensi meningkatkan ketahanan iklim dan mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Negara-negara ASEAN kaya akan keanekaragaman hayati, hutan, dan sumber energi terbarukan. Hal ini berpotensi menarik investasi pada sektor-sektor ini, sehingga menghasilkan sejumlah besar hasil mitigasi yang dapat dinikmati secara global.

Ia menganjurkan agar hal ini diperhitungkan dalam memenuhi target iklim yang ditetapkan oleh masing-masing negara ASEAN berdasarkan Perjanjian Paris. Alasannya adalah meskipun Asia Tenggara telah mengambil langkah-langkah menuju emisi nol bersih, Asia Tenggara masih membutuhkan investasi sebesar US$ 2 triliun antara tahun 2021 dan 2030.

“Potensi luar biasa yang dimiliki negara-negara ASEAN dalam mitigasi perubahan iklim menunjukkan bahwa kita berada pada posisi yang baik untuk mendapatkan manfaat dari pertumbuhan pasar karbon, yang akan memainkan peran yang semakin penting dalam mencapai emisi nol bersih,” kata Arsjad.

Arsjad melanjutkan, Indonesia berkontribusi setidaknya 56% dari seluruh carbon offset di ASEAN, disusul Kamboja dengan 26% dari seluruh carbon offset. Hal ini menunjukkan adanya peluang besar bagi ASEAN untuk menjadi pusat perdagangan global kredit karbon berintegritas tinggi.

“Hal ini memerlukan tindakan nyata yang harus diambil oleh pemerintah negara-negara ASEAN, mulai dari perumusan kebijakan hingga implementasi lokal, regional, dan internasional,” kata Arsjad.

Terkait keuangan berkelanjutan, Arsjad menilai forum ini berpotensi mendukung ASEAN dalam mencapai net zero dan jika tidak ada tindakan, negara-negara ASEAN bisa kehilangan 37,4% PDB saat ini pada tahun 2048.

Diakuinya, meskipun keuangan berkelanjutan di ASEAN telah mengalami ekspansi yang luas, namun pasar utang dan ekuitas berkelanjutan masih kecil dan belum mampu memenuhi kebutuhan pendanaan perekonomian ASEAN.

Keseluruhan utang berkelanjutan yang diperoleh setiap tahun di ASEAN-5 meningkat dari US$0,25 miliar pada tahun 2016 menjadi US$6,75 miliar pada tahun 2021, sehingga meningkatkan total utang berkelanjutan menjadi sekitar US$24 miliar.

Kemudian ia menjelaskan bahwa sektor keuangan berperan penting dalam mendukung negara-negara ASEAN menuju net zero emisi. Lembaga keuangan harus beradaptasi dengan cepat karena pertimbangan iklim harus menjadi hal utama dalam proses pengambilan keputusan.

Perubahan iklim harus menjadi fokus dan prioritas utama bagi lembaga keuangan dalam mengidentifikasi, memitigasi dan mengatasi risiko lingkungan dan sosial yang material di pasar, wilayah geografis, dan komunitas mereka.

Menanggapi kebutuhan mendesak akan ketahanan dan keberlanjutan yang lebih besar, perusahaan semakin berupaya mengembangkan strategi dan solusi iklim untuk meningkatkan kinerja mereka di seluruh rantai nilai, sehingga memastikan akses jangka panjang terhadap pendanaan.

“Setelah suksesnya KTT G20 Bali dan KTT B20 Bali pada November 2022, serta Keketuaan ASEAN pada tahun 2023, sangat penting bagi Indonesia dan ASEAN untuk mendapatkan kembali keunggulan global melalui Forum Iklim ASEAN ini,” kata Arsjad Rasjid.

0 comments

    Leave a Reply