Ekonom Sebut El Nino Masih Jadi Penyebab Utama Inflasi | IVoox Indonesia

May 11, 2025

Ekonom Sebut El Nino Masih Jadi Penyebab Utama Inflasi

inflasi-november-011223-hma-06
Pedagang memilah cabai merah yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (1/12/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami inflasi 0,38 persen pada November 2023 jika dibanding bulan sebelumnya yang dipicu oleh beberapa komoditas seperti cabai merah, cabai rawit dan dan bawang merah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

IVOOX.id - Divisi Makroekonomi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi dan Manajemen (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menyajikan kajian mendalam terkait rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada tanggal 20-21 Desember 2023. Kajian ini membahas sejumlah aspek kunci termasuk inflasi, pasar keuangan, arus modal, neraca perdagangan, dan kondisi makroekonomi terkini.

Kajian ini membahas sejumlah aspek kunci termasuk inflasi, pasar keuangan, arus modal, neraca perdagangan, dan kondisi makroekonomi terkini.

Menurut Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky, , dampak El-Nino masih menjadi isu utama terkait peningkatan inflasi di Indonesia. 

“Meskipun Pemerintah berhasil menjaga harga beras melalui kebijakan impor, tekanan inflasi beralih dari beras ke komoditas lain seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Peningkatan inflasi pada November 2023 mencapai 2,86% (y.o.y), dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau,” jelasnya dalam kajian ekonomi outlook yang diterima IVOOX, Kamis (21/12/2023).

Dari sisi eksternal, keputusan the Federal Reserve (the Fed) untuk menahan suku bunga mendorong penguatan Rupiah. 

“Aliran arus modal masuk yang signifikan terjadi setelah rapat Federal Open Market Committee (FOMC), memperkuat Rupiah dari IDR15,655 ke IDR15,495. Meskipun surplus perdagangan menyusut, arus modal masuk terus mengalir ke aset jangka panjang, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia,” ungkapnya.

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah dampak El-Nino yang diperkirakan akan berlanjut. Meskipun inflasi masih berada dalam koridor target BI (2% - 4%), Divisi Makroekonomi merekomendasikan agar BI tetap mempertimbangkan respons kebijakan lebih lanjut.

"Respons kebijakan lebih lanjut masih diperlukan seiring dengan dampak El-Nino yang menyebar ke berbagai komoditas," kata Teuku Riefky menegaskan. Rekomendasinya adalah agar BI menahan suku bunga acuannya di 6,00% pada Desember 2023.

Proyeksi ke depan mengindikasikan perlunya kewaspadaan BI terhadap keputusan the Fed di tahun 2024. 

“Suku bunga acuan BI saat ini, yang berada pada titik tertingginya dalam 4,5 tahun terakhir, memberikan fleksibilitas dalam menurunkan suku bunga jika diperlukan. Namun, pemilihan waktu yang tepat menjadi krusial, mengingat potensi dampak terhadap arus modal dan nilai tukar Rupiah,” ujar Riefky.

Kajian ini memberikan wawasan mendalam tentang kondisi makroekonomi terkini Indonesia.

Dengan menggabungkan analisis yang cermat terhadap faktor-faktor global dan lokal, Divisi Makroekonomi LPEM FEB UI memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang arah ekonomi Indonesia di tengah dinamika yang terus berkembang.

Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dari kajian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pembuat kebijakan dalam menjaga stabilitas ekonomi negara.

0 comments

    Leave a Reply