Dunia Industri Pertanyakan Penutupan Kantor Atase Teknologi Austria di Jakarta

IVOOX.id, Jakarta – Di tengah badai pandemi Covid-19 yang dimulai dari China dalam tiga tahun terakhir, perekonomian Austria tetap berusaha tegar. Pemerintah Austria bahkan tetap mempertahakan dua kantor atase teknologi yang telah bertahun-tahun beroperasi di Asia, yaitu di Beijing dan satu lagi di Jakarta.
Kantor atase ini berperan mendukung perusahaan dalam memperoleh pesanan besar di kawan Asia yang berjalan dengan sangat berhasil.
Meski dalam perjalanannya terbilang sukses, Kementerian Lingkungan Hidup Austria di bawah Menteri Leonore Gewssler memutuskan akan menutup kantor atase teknologi di Jakarta yang bertanggung jawab untuk pasar wilayah Asia Tenggara.
Gewssler beralasan, pihaknya menarik kembali kantor atase tekologi ke Wina untuk menghindari duplikasi. “Kantor perdagangan luar negeri di Jakarta akan menggantikan tugas-tugas yang telah terlibat dalam kegiatan ini beberapa tahun terakhir. Mereka juga memiliki keahlian yang beragam dan kontak yang luas, sehingga sangat cocok untuk ini," katanya.
Namun keputusan Pemerintah Austria yang dinilai mendadak, sama sekali tidak dapat dipahami kalangan industri di dalam negeri. “Perwakilan Kamar Dagang dan Industri Austria di Jakarta masih belum mampu menggantikan peran yang ditinggalkan kantor atase teknologi ini. Seorang delegasi perdagangan tidak dapat menyimpulkan kontrak seperti itu sama sekali," kata orang dalam kepada KURIER.
Berbagai macam pekerjaan besar seperti di sektor mobilitas, lingkungan, infrastruktur, pembangunan jalur kereta api, rumah sakit atau pembangkit listrik tenaga air dinilai harus melibatkan badan-badan negara. Kontrak semacam itu hanya dapat dibuat oleh badan-badan negara seperti atase, tetapi tidak oleh pegawai Kamar Dagang.
Hingga saat ini alasan penutupan kantor atase teknologi di Jakarta masih menjadi tanda tanya besar. Alasan lain penutupan diduga terkait industri.
Menurut salah satu sumber yang akrab dengan persoalan ini, keberhasilan atase teknologi selama ini diduga telah menjadi duri ataupun menciptakan kecemburuan. Ketika atase, berdasarkan kekuasaannya, mendapatkan pekerjaan demi pekerjaan, delegasi perdagangan justru hanya bisa duduk dan menonton.
Namun hal itu disangkal oleh kantor perdagangan luar negeri. “Penutupan itu juga tidak terduga bagi kami. Dari sudut pandang kami, kerja sama antara pusat perdagangan luar negeri dan kantor teknologi di Jakarta berjalan sangat baik," kata seorang juru bicara.
Jika persoalannya biaya, alasan tersebut tidak masuk akal sama sekali. Atase tersebut ikut berkantor di Kedutaan Austria di Jakarta, dengan seorang karyawan dan sebuah apartemen. Bukan budget yang harus mengeluarkan dana ‘wah’.
Selain itu, merebak juga isu terkait lingkungan. Austria disebutkan hanya ingin memasok negara-negara "bersih" dengan emisi CO2 rendah. Namun hal itu menjadi kontradiktif, karena justru negara-negara seperti itu membutuhkan teknologi modern.
Di lain pihak pemerintah Indonesia juga sudah menjalankan program pengurangan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di sektor industri yang merupakan tindak lanjut dari komitmen pemerintah dalam pertemuan G20 di Pittsburgh tahun 2009 tentang pengurangan gas rumah kaca yang menjadi salah satu topik penting dalam pembahasan transisi energi di forum G20 .
Salah satu perusahaan yang terkena dampak adalah pabrik Andritz yang berbasis di Graz. "Dari sudut pandang perusahaan industri Austria, niat ini sangat disesalkan, karena dukungan ekonomi Austria di pasar Asia Tenggara yang sedang booming sejauh ini telah sangat sukses," kata wakil perusahaan terkait rencana penutupan kantor tersebut.
"Itu tentu tidak sesuai dengan gagasan untuk membantu perusahaan di kawasan ini," kata Markus Haidn, Manajer Wilayah Asia Tenggara di Trumer Schutzbauten. Menutup kantor secara diam-diam menurutnya berdampak buruk bagi banyak UKM yang aktif di wilayah tersebut. Karena, lanjut dia, mereka bergantung pada kontak lokal. "Jika Anda tidak lagi memiliki ini, maka itu menjadi sulit," kata Haidn.
Selama ini perwakilan atase industri dan teknologi di kedutaan Austria sudah menangani proyek hydropower, bidang kesehatan dan yg berkaitan dengan renewable energy. Secara garis besar proyek di Indonesia jumlahnya 15 dengan total nilai proyek sekitar 7,8 triliun Rupiah sedangkan untuk seluruh Asia Tenggara ada 25 proyek dengan nilai 10,1 triliun Rupiah (sudah termasuk Indonesia).
Keputusan pemerintah Austria menutup perwakilan saat Indonesia sedang sibuk mengadakan G20 sanggat disayangkan. Namun bagaimanapun juga keputusan final belum keluar, palu belum diketuk. Sepuluh kelompok industri Austria tengah berupaya mempertahankan kantor atase teknologi tersebut dengan menulis surat kepada Gewessler dan Menteri Luar Negeri Schallenberg. Apapun keputusanya nanti, layak kita tunggu bersama.

0 comments