DPR Soroti Mahalnya Harga Beras Jelang Nataru

IVOOX.id - Anggota Komisi VI Darmadi Durianto menilai swasembada beras yang dicanangkan oleh pemerintah bersama BUMN sektor pangan belum mampu mencapai target yang ditetapkan. Padahal kata dia PT Bulog telah mendapat izin impor beras sebanyak 3,8 juta ton pada tahun 2023. Namun harga beras di pasaran justru kian naik.
“Sekarang kok udah impor (beras) begitu banyak, harganya malah naik berkisar Rp15.000. Apa yang salah dari strategi PT Bulog ini?," kata Darmadi dalam keteranganya dikutip pada Jumat (8/12/2023).
Menurut Darmadi kuota impor beras tersebut termasuk jumlah impor terbesar selama lima tahun terakhir. Namun dampaknya justru berbanding terbalik dengan harga beras yang ada di pasaran. Menurutnya dengan ketersediaan stok beras yang mencukupi, harganya pun harus terjangkau.
"Sekarang kok udah impor begitu banyak, harganya malah naik berkisar Rp15.000. Kita turun ke lapangan ke masyarakat ibu-ibu pun mengeluh (karena) harga kebutuhan pokok tidak terkendali," ungkap Darmadi.
Lebih lanjut Darmadi mengusulkan agar pemerintah membentuk dibentuk Panja Pengawasan Pangan untuk mengawasi dinamika harga pangan di lapangan.
"Mungkin itu harus diteliti. Sebenarnya, saya pribadi, harus ada Panja pengawasan untuk meneliti apakah ada mafia yang bermain di sini, apakah pemerintah yang salah strategi, atau bagaimana, itu yang harus dikaji lebih mendalam," ujarnya.
Usulan ini juga kata Darmadi sebagai upaya untuk mengawasi harga pangan yang dinilai menjadi penyumbang inflasi tertinggi, terutama menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru (Nataru) 2024.
Hal tersebut terbukti lantaran harga pangan pokok secara pelan namun konsisten mengalami kenaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyampaikan komoditas pangan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar pada November 2023," ungkapnya.
Dilain pihak, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan kenaikan beras di pasaran juga terjadi di seluruh dunia akibat badai El Nino yang berpengaruh terhadap produksi.
"Kondisi El Nino juga berpengaruh terhadap produksi beras. Bahkan menurut data BPS produksi beras di Indonesia November dan Desember mengalami defisit. Bahkan hingga Januari kemungkinan (produksi beras) masih defisit. Inilah yang menyebabkan harga menjadi naik," katanya usai memberi kuliah umum di Universitas Airlangga Surabaya, Jumat.
Untuk stabilisasi harga, Bayu mengaku pihaknya menyalurkan kebutuhan beras kepada 21 juta keluarga penerima manfaat (KPM) berpenghasilan rendah.
Selain itu Bulog juga sudah menyalurkan satu juta ton beras SPHP untuk dijual dengan harga yang lebih murah dari harga pasar.
"Jadi harganya lebih murah Rp1.000 - Rp1.500 dari harga pasar," katanya dikutip dari Antara.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Bulog mendapatkan izin untuk mengimpor beras 2 juta ton sejak Januari hingga saat ini yang sudah disebar ke 21 juta KPM berpenghasilan rendah.

0 comments