Dirut Pertamina Sebut Impor Minyak Masih Diperlukan, Transparansi Tata Kelola Ditingkatkan | IVoox Indonesia

May 15, 2025

Dirut Pertamina Sebut Impor Minyak Masih Diperlukan, Transparansi Tata Kelola Ditingkatkan

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri (tengah) didampingi Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro (kiri) dan Pth Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra (kanan) dalam konferensi pers yang digelar di Grha Pertamina, Jakarta, Senin (3/3/2025). IVOOX.ID/Tangkapan layar youtube Pertamina

IVOOX.id – Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa produksi minyak mentah dalam negeri saat ini belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan energi nasional. Akibatnya, sekitar 40 persen kebutuhan minyak mentah dan 42 persen produk minyak masih harus dipenuhi melalui impor.  

"Situasi ini tetap harus berjalan demi menjamin ketahanan energi dan ketersediaan pasokan bagi masyarakat," ujar Simon dalam konferensi pers di Grha Pertamina, Senin (3/3/2025). 

Namun, ia memastikan bahwa Pertamina akan semakin meningkatkan transparansi dan memperbaiki tata kelola, terutama setelah mencuatnya kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang yang melibatkan tujuh tersangka. 

“Bersama Kementerian ESDM, kami akan mengevaluasi kembali seluruh proses yang ada,” katanya. 

Di bawah pemerintahan baru, Simon menekankan bahwa fokus kebijakan akan lebih diarahkan pada pemanfaatan produksi dalam negeri. Pengolahan minyak di dalam negeri akan diprioritaskan, dan ekspor minyak mentah akan dikurangi atau bahkan dihapuskan jika kebutuhan domestik masih tinggi. 

Sementara itu, Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, menambahkan bahwa di bawah pemerintahan yang baru, Pertamina dituntut untuk meningkatkan kapasitas nasional guna mencapai ketahanan energi. 

“Kami terlibat dalam berbagai upaya peningkatan produksi gas nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah,” ujarnya. 

Menurutnya, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan agar minyak bagian pemerintah diprioritaskan untuk diolah di kilang dalam negeri. Selain itu, kilang-kilang Pertamina terus diperbarui untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi. 

“Saat ini, kilang kami beroperasi dengan lebih baik. Grid valuable product meningkat dari 75 menjadi 82, yang berarti kemampuan kilang dalam menghasilkan produk bernilai tinggi juga meningkat,” kata Wiko. 

Pemerintah juga terus mendorong pengembangan energi non-fosil, seperti implementasi B40 yang diharapkan dapat mengurangi impor minyak mentah. Namun, dengan pertumbuhan industri yang pesat, kebutuhan energi pun meningkat. Oleh karena itu, meskipun impor masih diperlukan, tata kelola impor akan terus diperbaiki dengan koordinasi yang lebih ketat bersama pemerintah. 

Wiko juga mengungkapkan bahwa pemerintah kini mendedikasikan bagian minyak mentahnya untuk diolah di kilang dalam negeri. 

“Tahun lalu, ekspor minyak mentah mencapai 70 ribu barel per hari. Tahun ini, pemerintah mendukung agar minyak bagian negara sepenuhnya diolah di dalam negeri,” katanya. 

Di sisi lain, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menegaskan bahwa pihaknya memiliki pangsa pasar terbesar dalam distribusi BBM nasional, yakni sekitar 95-96 persen dari total kebutuhan BBM di sektor hilir. 

“Kami melayani distribusi BBM dari Sabang hingga Merauke, sehingga kami memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan mutu produk tetap terjaga,” ujarnya. 

Mars Ega juga mengundang media dan publik untuk melihat langsung proses quality control yang dilakukan Pertamina. Menurutnya, Pertamina terbuka bagi masyarakat yang ingin memahami lebih dalam bagaimana pengujian kualitas BBM dilakukan, mulai dari terminal hingga SPBU. 

“Mudah-mudahan ini juga bisa memberikan informasi publik yang jelas dan transparan mengenai bagaimana kami mengontrol layanan tersebut demi memberikan jaminan mutu kepada masyarakat,” tutupnya.

0 comments

    Leave a Reply