DBS Yakin Amnesti Pajak Dongkrak "Wealth Management"

iVooxid, Jakarta - Bank DBS Indonesia meyakini program repatriasi kekayaan dengan amnesti pajak akan turut mendongkrak pertumbuhan bisnis pengelolaan dana nasabah kaya (wealth management) hingga 18 persen pada 2017, meskipun 2016 aliran dana repatriasi ke bank masih seret.

Direktur Konsumer PT. Bank DBS Indonesia, Wawan Salum di Jakarta, Kamis (9/2/2017), mengatakan DBS yang terafiliasi di Singapura tersebut akan menelurkan banyak produk 'wealth management' pada tahun ini sehingga diharapkan akan menarik dana investasi milik wajib pajak.

Wawan juga meyakini dana repatriasi yang kini sudah masuk dan mengendap di bank persepsi (gateway) lain bisa berpindah ke DBS.

"Ada ketentuan dana dilock (dikunci) di dalam negeri selama tiga tahun. Tidak hanya dikunci di satu bank, tapi boleh pindah bank," ujar dia.

Wawan enggan merinci. Namun dia menggambarkan dana repatriasi yang masuk ke DBS hingga per akhir Desember 2016 kurang dari 10 persen Dana Pihak Ketiga (DPK).

Bahkan, kata dia, dana repatriasi tersebut belum berkontribusi signifikan dalam portofolio "wealth management" DBS yang tumbuh 44 persen atau sebesar Rp13,1 triliiun.

"Mayoritas 'wealth management' kita bukan dari repatriasi," ujarnya.

Secara historis, ujarnya, pertumbuhan "wealth management" rata-rata sebesar 35 persen setiap tahunnya.

"Wealth management" memegang 49 persen dari portofolio bisnis konsumer DBS. Segmen lainnya adalah Kredit Tanpa Agunan yang berporsi 31 persen dan Dana Pihak Ketiga sebesar 20 persen.

Pada 2016, bisnis konsumer DBS tumbuh 62 persen (yoy). Pada tahun ini, DBS hanya mematok target pertumbuhan konsumer 18 persen karena mempertimbangkan masih membayanginya ketidakpastian ekonomi global, dan proses pemulihan ekonomi domestik.

DBS pada 2017 juga bersiap mengoptimalkan infrastruktur Teknologi Informasi untuk mengoptimalkan penambahan bisnis ritel dan "wealth management" setelah mengakuisisi Bank ANZ. Akuisisi DBS ke ANZ akan efektif per awal 2018. (ant)