Cukai Rokok Naik Lagi, Tembakau "tingwe" Laris Manis
IVOOX.id - Keputusan pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10 persen pada 2024 bak momok bagi penikmat rokok. Sebab bagi perokok harga itu di pandang hal yang pokok selain aroma, maka kenaikan harga rokok bakal "menghisap" dalam-dalam kocek mereka. Namun tidak demikian bagi penjual tembakau iris (TIS) yang mengharapkan adanya peningktan keuntungan atau cuan dari naiknya rokok konvesional tersebut. Raka, salah satu penjual tembakau untuk rokok "tingwe" alias "linting dhewe" berharap dagangannya semakin laris di tahun 2024 ketika harga rokok kembali naik.
Sebab lazimnya, setiap ada kenaikan rokok maka bakal ada peralihan dari rokok konvensional ke rokok jenis "tingwe". Raka mengaku, dalam beberapa tahun terakhir ada peningkatan penjualan tingwe seiring dengan terus melambungnya harga rokok konvesional.
“Bukan menari di atas penderitaan orang lain, tapi biasanya kalau rokok naik terus kan banyak orang yang beralih ke "tingwe" jadi dagangan saya tambah laris,” ujar Raka sembari menata dagangannya, Minggu (31/12/2023).
Raka cukup apik dalam menata barang dagangannya. Tembakau dengan varian rasa dalam kemasan standing pouch di pajang etalase kaca.
Sementara tembakau tanpa kemasan yang dijual per ons ditaruh ke dalam toples plastik besar dan diletak di rak di bagian belakang. Di masing-masing toples terdapat tulisan rasa dan harga tembaku per ons. Selain tembakau, Raka juga juga menjual alat linting, kertas rokok atau papir, lem dan busa filter.
Tampak di teras depannya, terdapat dua buah meja panjang dan di atas ada asbak dan juga alat linting tembakau. Dengan konsep ala-ala warung kopi atau warkop, toko yang hanya memiliki luas 5X5 meter persegi itu cukup memanjakan bagi pelanggannya.
Sehingga para pelanggan bisa mencicipi varian rasa tembakau yang ditawarkan sebelum membelinya. Meski baru tiga tahun berjalan, tapi usahanya sudah memberikan "cuan" lumayan.
“Setiap hari dapatlah Rp 1,5 juta tapi kalau lagi ramainya bisa tembus Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Kalau boleh berharap ya pinginnya tahun besok (2024) naik terus untungnya, apalagi katanya rokok naik lagi. Jadi yang gak kuat beli rokok silakan coba ke tingwe,” kelekar Raka.
Dari penelusuran IVOOX, "tingwe" diambil dari singkatan bahasa Jawa yang memiliki kepanjangan "linting dhewe" dalam bahasa Indonesia artinya adalah linting sendiri. Jadi rokok "tingwe" adalah rokok hasil meracik sendiri.
Mulai dari pemilihan cita rasa tembakaunya, campurannya, dan juga bentuknya. Maka sebelum menikmati rokok "tingwe", penikmat rokok terlebih dulu harus melinting sendiri rokok yang bakal diisapnya.
Raka mendapatkan pasokan tembakau dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan dari Jawa Barat. Kendati demimian, dia tidak bisa memastikan atau menjawab jika ditanya oleh konsumen tembakau yang enak dari mana.
Sebab baginya, enak atau tidaknya tergantung dari pada selera masing-masing konsumen. Bisa saja, kata Raka, konsumen A menilai tembakau dari Temanggung, Jawa Timur paling gurih tapi tidak bagu konsumen lainnya.
Raka juga memastikan bahwa tembakau yang dijualnya memiliki kualitas bagus dan dijamin produk lokal. Kata dia, varian yang paling laris adalah rasa imitasi rokok konvensional. Rasa dan aromanya mirip rokok terkenal berinisial Dj, GG, SAM, dan DSS. Adapun harga dibanderol cukup bervarisasi mulai Rp 15-20 ribu per ons.
Salah satu penikmat tingwe, Ali (34 tahun) mengaku baru mengenal tingwe baru beberapa bulan lalu. Pria asal Indramayu itu mengaku memiliki niat untuk beralih sepenuhnya ke "tingwe" dari rokok konvesional yang telah dinikamatinya selama dua dasawarsa lebih. Karena memang Ali belum memiliki tembaku yang cocok di mulutnya. Dia berharap bisa pindah haluan ke rokok biasa.
“Alasan saya pastinya karena harga rokok yang saban tahun naik terus. Sementara gaji saya tidak ada kenaikan yang signifikan,” kata Ali.
0 comments