Cerita Kelam Korban Penipuan Love Scam: Cinta Kandas, Tabungan Terkuras | IVoox Indonesia

July 16, 2025

Cerita Kelam Korban Penipuan Love Scam: Cinta Kandas, Tabungan Terkuras

SS Contoh percakapan korban lovescaming
Chat langsung kepada korban merupakan bagian dari teknik persuasi para scammers. Ivoox.id/tangkapan layar

IVOOX.id - Melodi (bukan nama sebenarnya) tak pernah menyangka jika relasi asmara yang sempat dia jalin dengan seorang pria kandas menabrak cadas. Jangankan melangkah lebih jauh masuk ke dalam relasi yang lebih serius, gadis ini malah harus kehilangan harta yang jumlahnya tidak sedikit.

“Tabungannya sudah habis terkuras, sudah menjual motor dan bahkan menjual rumah," ujar Diah A Esfandari, peneliti dari Center of Excellence (CoE) Dictum Universitas Telkom. Cerita kelam ini dipaparkan Diah pada webinar nasional bertema “Komunikasi di Era Digital dan Kekerasan Berbasis Gender Online “Love and Lies: Navigating Online Romance Safely in the Digital Age” yang digelar secara daring, Selasa (21/5/2024)

Melodi merupakan satu dari ratusan atau bisa jadi ribuan korban penipuan bermodus asmara (love scamming) di Indonesia. Diah bersama tim Dictum menguak data, sejak 2016 hingga 2023 tidak kurang dari 508 orang yang menjadi korban kejahatan ini dengan total kerugian mencapai lebih dari Rp 29,5 miliar.

Korban penipuan ini bukan hanya perempuan atau gadis dengan status lajang. Ibu rumah tangga pun ada yang terjebak dalam rayuan palsu para pria yang menjadi pelaku penipuan ini. Ibu rumah tangga ini diketahui setelah suaminya melaporkan kepada Diah dan meminta bantuan untuk berkomunikasi dengan korban.

Menurut Diah penipuan cinta online adalah salah satu bentuk penipuan berkedok hubungan asmara yang menyangkut rasa kasih sayang dan cinta. Jenis penipuan ini tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga sangat menghancurkan emosi dari para korban.

"Dalam penipuan cinta online, semua korban akan mendapati diri mereka rugi perasaan dan uang. Kerugian itu disebut sebagai 'pukulan ganda' karena korban mengalami trauma emosional dan kerugian finansial secara bersamaan," ujarnya.

Data yang dikumpulkan oleh Komunitas Relawan Siaga Cerdas - Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC) dari tahun 2016 hingga 2023 menunjukkan bahwa ada 508 korban yang memberikan kesaksian atas total jumlah kerugian mencapai lebih dari Rp 29,5 miliar. Fenomena ini menunjukkan bahwa penipuan cinta online merupakan ancaman serius yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak.

Diah mengatakan jumlah korban penipuan cinta online mencapai puncaknya pada tahun 2020, terutama karena adanya pandemi COVID-19. "Interaksi jarak jauh lebih tinggi selama masa COVID-19, dan jujur di antara relawan, setiap waktu selalu ada yang meminta untuk dibantu," ungkapnya.

Sementara itu AKBP Bayu Suseno dari Divisi Humas Polri menjelaskan love scamming ini merupakan salah satu bagian dari kejahatan siber yang semakin marak termasuk di Indonesia, khususnya melalui media sosial.

“Dampaknya, korban kejahatan ini tidak hanya kehilangan uang tapi bisa juga kehilangan data atau kehilangan seseorang,” ujar Bayu yang juga meneliti tentang kejahatan siber pada tahun 2017 untuk keperluan disertasinya.

Pelaku, kata Bayu, biasanya menggunakan foto orang lain untuk dia simpan di profil akunnya sehingga korban tertipu. Pelaku kemudian memanfaatkan interaksi sosial melalui kolom komentar kemudian dilanjutkan dengan jalur privat melalui messenger di Facebook, DM atau melalui telepon genggam untuk mengelabui korban.

 

Tiga cara menghadapi jebakan scammers

Lalu bagaimana caranya agar kita terhindar dari jebakan para penipu atau scammers ini?

Diah membagikan tiga cara yang bisa ditempuh agar terhindar dari penipuan ini. Pertama, jika kita berkenalan dengan orang baru di medsos, coba perhatikan infomasi yang dia berikan. “Intinya, jangan gampang percaya,” kata Diah.

Kedua, telusuri dulu kebenaran informasi yang diberikan teman baru kita, benar apa tidak. “Cara yang paling mudah kita bisa gunakan mesin pencari seperti Google. “Tidak sulit kok, pakai google images juga kita bisa tahu apakah identitas dia benar atau tidak,” katanya.

Ketiga, jangan terburu-buru bertindak atau membuat keputusan. "Jika teman baru itu mulai mendesak kita, kita bisa matikan saja handphone atau tidak meresponnya. Paling dia marah-marah karena tidak bisa mengontrol kita. Tapi kita bisa mengontrol balik kehidupan kita,” katanya.

Diah berharap masyarakat selalu waspada terhadap penipuan online, terutama yang berkaitan dengan hubungan asmara. Kerja sama antara lembaga penegak hukum, peneliti, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah dan menanggulangi kasus-kasus penipuan semacam ini.

0 comments

    Leave a Reply