Bugar Setelah Lebaran

MEMASUKI bulan Syawal di tahun 1445 H tentu idealnya resolusi dan hasil riyadah usai melaksanakan ibadah Shaum selama bulan Ramadhan dapat diterapkan secara berkesinambungan agar menghasilkan kualitas hidup sejalan dengan nilai-nilai mulia yang telah didapatkan.
Pengendalian pola makan dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan yang proporsional atau berimbang salah satunya. Konsumsi karbohidrat dan gula serta lemak dan garam secara tidak berlebihan adalah salah satu upaya untuk menjaga kualitas kesehatan.
Batas konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemkes) per orang per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula, 2000 miligram natrium/sodium atau 5 gram garam (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya 67 gram (5 sendok makan minyak).
Demikian pula olahraga dan aktivitas fisik perlu terus dijaga dan dipertahankan. Jika pada bulan Ramadhan kita banyak beraktivitas jalan kaki dari rumah ke masjid dan sebaliknya, serta melakukan berbagai aktivitas fisik lainnya, maka memasuki Syawal tentunya aktivitas fisik ini dapat kita tingkatkan intensitasnya.
Sebagai salah satu kegiatan fisik yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, jalan kaki adalah pilihan olahraga yang tepat. Mengutip sebuah artikel kesehatan populer di Healthline, orang dewasa yang aktif cenderung memiliki 4.000 hingga 18.000 langkah setiap hari, dan 10.000 langkah adalah jumlah yang ideal untuk mendapatkan tubuh yang sehat.
Sementara data yang dilansir oleh Direktorat P2PTM Kemenkes yang mengacu kepada hasil riset Stanford University (2017), secara global rerata penduduk dunia berjalan sebanyak 4.961 langkah perhari. Secara rerata pula penduduk Hongkong dianggap paling banyak berjalan kaki, mencapai 6.880 langkah perhari. Sedangkan rerata jumlah langkah orang Indonesia adalah 3.513.
Data penelitian lain menunjukkan bahwa durasi jalan kaki 40 menit perhari dapat membantu proses penurunan berat badan. Juga mengurangi kadar kolesterol darah dan membantu meregulasi tekanan darah, serta masih banyak manfaat lainnya.
Tentu saja ini akan berdampak sistemik, karena olahraga dan aktivitas fisik yang adekuat juga akan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin yang dapat mengurangi resiko sindroma metabolik ataupun kondisi pre diabetik.
Juga membantu kelenturan pembuluh darah dan sistem renin angiotensin yang tak hanya sekedar menurunkan tekanan darah melainkan juga bersama dengan profil lemak darah yang baik akan mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke yang antara lain disebabkan oleh terjadinya proses aterosklerosis di dinding pembuluh darah.
Tak hanya itu saja, aktivitas fisik seperti jalan kaki juga mempengaruhi kadar GABA (gamma aminobutyric acid) yang terasosiasi dengan perubahan mood, kecemasan, dan depresi. Jalan kaki yang teratur, atau sekitar 40 menit/hari diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya masalah-masalah psikologis terkait dengan aspek neurobiologi.
Tak hanya GABA saja, jalan kaki dan olahraga pada umumnya juga merangsang pelepasan neurotransmiter dopamin dan endorfin yang memiliki banyak titik tangkap di sistem faal tubuh kita.
Dopamin dapat meningkatkan mood dan motivasi, sedangkan endorfin dapat menghadirkan sensasi kegembiraan, optimisme, dan semangat hidup yang tentu akan berdampak pada kualitas interaksi kita secara sosial.
Maka menjaga asupan dengan pandai menahan diri dan mengelola bahan makanan secara proporsional sesuai kebutuhan, dan terus beraktivitas fisik, serta meningkatkan kualitas ibadah mahdah dan ghairumahdah kita, adalah suatu upaya kongkret agar tubuh kita bugar, pikiran segar, dan ketaqwaan dapat berakar.
Penulis: Tauhid Nur Azhar
Ahli neurosains dan aplikasi teknologi kecerdasan artifisial, SCCIC ITB/TFRIC-19.

0 comments