BTN Targetkan Dana Pemerintah Rp 25 Triliun Terserap Penuh di Akhir Tahun | IVoox Indonesia

September 28, 2025

BTN Targetkan Dana Pemerintah Rp 25 Triliun Terserap Penuh di Akhir Tahun

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

IVOOX.id – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) memproyeksikan tambahan likuiditas Rp 25 triliun yang telah resmi ditempatkan pemerintah akan dapat terserap habis pada akhir 2025, seiring dengan terjaganya permintaan kredit di sektor perumahan.

Perseroan menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengoptimalkan penyerapan dana tersebut.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu melalui keterangan resmi di Jakarta, Sabtu, 20 September 2025, mengatakan langkah pemerintah cukup mengatasi kondisi persaingan yang ketat di antara bank-bank dalam memperoleh pendanaan, terutama yang berbiaya murah dalam beberapa waktu terakhir.

Dengan adanya dana segar tambahan, persaingan berpindah ke upaya bank dalam menyalurkannya menjadi kredit.

“Langkah pemerintah ini telah memindahkan persaingan di likuiditas menjadi persaingan di kredit, karena dengan adanya tambahan dana Rp25 triliun, likuiditas tidak menjadi masalah lagi bagi BTN, setidaknya dalam waktu 6 bulan. Saya perkirakan Desember (tahun ini) sudah habis terserap,” kata Nixon, dikutip dari Antara, Sabtu (20/9/2025).

Adapun perkiraan tersebut didasarkan pada perhitungan rata-rata penyaluran kredit per bulannya di BTN mencapai sekitar Rp 6-7 triliun, baik untuk melayani ekosistem perumahan yang cakupannya luas maupun kredit non-perumahan yang saat ini juga menjadi salah satu motor realisasi pembiayaan di BTN.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menyalurkan dana sebesar Rp 200 triliun ke lima bank milik negara, dengan alokasi untuk BTN sebesar Rp25 triliun untuk disalurkan sebagai kredit ke sektor riil sehingga dapat menggairahkan perekonomian. Dana tersebut dapat digunakan selama jangka waktu enam bulan dan dapat diperpanjang.

Nixon menjelaskan bahwa injeksi likuiditas tersebut serupa dengan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) saat pandemi COVID-19 ketika sejumlah dana pemerintah ditempatkan di bank-bank milik negara untuk mempercepat pemulihan ekonomi.

Saat itu, BTN mendapatkan penempatan dana pemerintah sebesar Rp10 triliun untuk disalurkan sebagai kredit. Hasilnya, kata Nixon, ekonomi saat itu berangsur-angsur pulih dan bank-bank dapat mengembalikan dana tersebut ke negara setelah dua tahun.

Dalam konteks saat ini, Nixon menilai tambahan likuiditas Rp 25 triliun sangat membantu BTN untuk mempercepat realisasi atas pipeline kredit yang belum diakadkan.

“Demand-nya justru sangat ada di BTN, pipeline (kredit) di kami sebenarnya Rp 30 triliun lebih. Dengan adanya tambahan likuiditas ini, masalahnya sudah selesai dan yang sudah ada di pipeline jadinya cepat diberi keputusan agar tidak pindah ke bank lain,” kata Nixon.

Lebih lanjut, BTN juga menilai tambahan likuiditas Rp 25 triliun dapat memberikan dorongan lebih bagi perseroan untuk terus menurunkan biaya dana (cost of fund), terutama setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sejak tahun lalu.

Sebagai langkah konkret, Nixon mengungkapkan bahwa BTN telah menurunkan bunga deposito special rate tidak lama setelah tambahan dana segar dari pemerintah diterima perseroan.

“Waktu Jumat (12/9/2025) diputuskan oleh pemerintah, Senin (15/9) kami memutuskan untuk menurunkan bunga special rate deposito 50 bps. Dana Rp 25 triliun membantu BTN menurunkan suku bunga dana mahal dan kami akan memastikan special rate akan terus turun hingga akhir tahun,” ujar dia.

Ujungnya, kata Nixon, langkah tersebut dapat berdampak positif pada profitabilitas BTN yang akan terefleksi pada margin bunga bersih (NIM) perseroan.

Tren penurunan biaya dana di BTN belakangan juga telah berkontribusi pada net interest margin (NIM) yang meningkat 139 bps ke level 4,4 persen hingga semester I 2025.

0 comments

    Leave a Reply