BPS Catat Deflasi 0,37 Persen pada Mei 2025, Dipicu Penurunan Harga Komoditas Pangan | IVoox Indonesia

June 8, 2025

BPS Catat Deflasi 0,37 Persen pada Mei 2025, Dipicu Penurunan Harga Komoditas Pangan

Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini

IVOOX.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Mei 2025 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,37 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Meski demikian, secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi tercatat sebesar 1,60 persen. Angka deflasi bulan ini tercatat lebih dalam dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Tingkat deflasi Mei 2025 terjadi lebih dalam dibandingkan deflasi Mei 2024," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, Senin (2/6/2025).

Kelompok pengeluaran yang paling berkontribusi terhadap deflasi adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan penurunan harga sebesar 1,40 persen dan andil sebesar 0,41 persen. Di kelompok ini, beberapa komoditas mencatat penurunan harga yang cukup signifikan, seperti cabai merah dan cabai rawit yang masing-masing menyumbang deflasi 0,12 persen. Sementara bawang merah menyumbang 0,09 persen, ikan segar 0,05 persen, bawang putih 0,04 persen, dan daging ayam ras sebesar 0,01 persen.

Meski tren umumnya menunjukkan penurunan harga, beberapa komoditas tetap mencatat inflasi. Di antaranya adalah tomat yang menyumbang inflasi sebesar 0,03 persen, tarif pulsa ponsel sebesar 0,02 persen, serta tarif angkutan udara sebesar 0,01 persen.

Lebih lanjut, Pudji menjelaskan bahwa deflasi pada Mei 2025 didorong terutama oleh komponen harga bergejolak, yang mengalami deflasi sebesar 2,48 persen dengan andil terhadap deflasi nasional sebesar 0,41 persen. Komoditas yang paling mempengaruhi komponen ini adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih.

Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah juga mencatat deflasi tipis sebesar 0,02 persen, namun tetap memberikan andil inflasi sebesar 0,01 persen, terutama dari tarif angkutan antarkota dan harga bensin.

Adapun komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,08 persen dengan andil yang sama, yakni 0,08 persen. Inflasi di komponen ini didorong oleh tarif pulsa ponsel, emas perhiasan, dan kopi bubuk.

Dalam hal persebaran inflasi secara geografis, Pudji mengungkapkan bahwa sebanyak 31 provinsi mengalami deflasi, sementara hanya 7 provinsi yang mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Provinsi Gorontalo, yang mencatat penurunan harga sebesar 1,68 persen (mtm). Sebaliknya, inflasi tertinggi tercatat di Papua Pegunungan, dengan angka 0,91 persen.

0 comments

    Leave a Reply