May 5, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

BOSS, Selamat Datang di Bursa Saham

Emiten tambang pertama yang melakukan IPO di 2018

IVOOX.id, Jakarta - PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk dengan kode saham BOSS menjadi emiten pertambangan pertama yang melakukan Initial Public Offering (IPO) alias penawaran umum saham perdana di bursa saham pada tahun ini.

BOSS resmi melaksanakan pencatatan saham perdana pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 15 Februari 2018. BOSS pun menjadi emiten kedua yang mencatatkan sahamnya di bursa tahun ini.

Presiden Direktur PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) Freddy Tedjasasmita mengatakan, langkah perseroan untuk melakukan IPO di tahun ini merupakan bagian dari visi dan misi perusahaan.

Visi tersebut adalah untuk menjadi produsen batubara yang mampu memenuhi tuntutan pelanggan yang tinggi di seluruh dunia akan batubara premium yang berkualitas tinggi (high grade) agar lebih ramah lingkungan saat digunakan sebagai pembangkit listrik.

“Sungguh merupakan suatu pencapaian besar dan bersejarah apabila hari ini kami dengan niat baik dan maksud baik, bisa mulai masuk dalam tahapan proses untuk menjadi perusahaan publik di awal tahun 2018 ini,” ujarnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (15/2/2018).

PT Borneo Olah Sarana Sukses adalah perusahaan yang bergerak di bidang tambang batu bara yang memiliki keunikan khusus, yaitu batubara berkualitas High Grade dengan kalori tinggi serta tingkat abu (ash) dan belerang (sulfur) yang sangat rendah sehingga lebih ramah lingkungan.

“Keunikan ini membuat batubara kami bisa mensuplai pembangkit listrik di Jepang dan negara lain dengan harga jual yang lebih tinggi dari patokan harga acuan Newcastle Australia,” tandas dia.

Dalam IPO tersebut, PT Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS) mematok harga penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham senilai Rp400,- per saham. BOSS menawarkan 400 juta saham atau 28,57% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan kepada investor publik.

Dari nilai tersebut, perusahaan berpotensi meraih dana hasil IPO senilai Rp160 miliar. Sedangkan yang bertindak sebagai perusahaan penjamin emisi (underwritter) adalah PT Victoria Sekuritas Indonesia dan PT Mega Capital Sekuritas.

Direktur BOSS, Widodo Nurly Sumady menambahkan dari dana dari hasi IPO tersebut, perseroan berencana akan memanfaatkan untuk membiayai pembangunan infrastruktur pengangkutan batubara (coal hauling) dan fasilitas pemuatan batubara (jetty).

Dana tersebut akan dimasukkan dalam belanja modal (capital expenditure/capex) perseroan tahun ini mencapai US$ 16 juta.

“BOSS berharap bisa meningkatkan produksi pada tahun 2018 sebesar dua kali lipat. Tahun lalu, BOSS membukukan volume produksi sebesar 500.000 metrik ton. Per September 2017 lalu, BOSS meraih penjualan sebesar Rp 120,6 miliar. Sementara laba bersih mencapai Rp 20,8 miliar,” tutupnya.

Asal tahu saja, PT Borneo Olah Sarana Sukses, Tbk (dahulu PT Megah Pratama Resources) yang didirikan pada tahun 2011 adalah perusahaan tambang batubara yang memiliki empat wilayah konsesi pertambangan batubara melalui empat entitas anak yaitu PT Bangun Olahsarana Sukses (BOS), PT Pratama Bersama(PB), PT Energi Amzal Bersama (EAB) dan PT Pratama Buana Sentosa (PBS) dengan total area wilayah konsesi seluar 16.000 hektar.

Seluruh area wilayah konsesi berada di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur dan saling berdekatan sehingga membuat struktur biaya produksi yang kompetitif karena memungkinkan optimalisasi dan efisiensi dalam pemanfaatan infrastruktur.

Produk batubara termal yang diproduksi memiliki nilai kalori yang tinggi (rata-rata 6.300 cal/kg) dengan kandungan abu dan belerang yang sangat rendah dan sangat diminati negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan dan lainnya.

Eksplorasi batubara yang dilakukan Perseroan melalui BOS dan PB bahkan mampu menarik dukungan dana dari Pemerintah Jepang melalui JOGMEC sebesar USD 3 juta di tahun 2016. Perseroan merupakan Perusahaan batubara pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memperoleh pendanaan dari Pemerintah Jepang untuk melakukan eksplorasi.

Berdasarkan laporan Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI), perkiraan cadangan batubara sementara yang dimiliki di area konsesi BOS dan PB adalah sekitar sepuluh juta ton. Perseroan sedang melanjutkan program eksplorasi di kedua konsesi tersebut dimana Perseroan yakin bahwa masih terdapat cadangan tambahan. Sementara itu pada area konsesi EAB dan PBS, diperkirakan memiliki sumber daya batubara dengan jumlah yang cukup signifikan untuk memberikan nilai tambah kepada Perseroan di masa mendatang. (jaw)

0 comments

    Leave a Reply