Bootcamp Akar Rumput di Mataram, Menyuarakan Keadilan Transisi Energi Indonesia | IVoox Indonesia

July 9, 2025

Bootcamp Akar Rumput di Mataram, Menyuarakan Keadilan Transisi Energi Indonesia

150824-Teknologiase2
ILUSTRASI - Mengurangi dampak krisis iklim bukan hanya merupakan keharusan, tetapi juga kewajiban moral untuk melindungi hak-hak dan masa depan anak muda. IVOOX.ID/AI

IVOOX.id - Hanya lima persen perempuan di sektor energi yang menduduki posisi pengambil keputusan transisi energi.

Transisi energi menuju masa depan rendah karbon dan berkeadilan sosial harus menjadi fokus utama di Indonesia. Tanpa transisi energi ke sumber-sumber energi ramah lingkungan, krisis iklim akan semakin parah.

Enter Nusantara, bersama dengan berbagai organisasi masyarakat sipil, media, dan komunitas akar rumput, menghadiri Bootcamp: Menangkap Keadilan Transisi Energi Indonesia di Mataram, Nusa Tenggara Barat.

"Bootcamp ini sebagai bagian dari upaya kolektif untuk memperkuat narasi dan tindakan yang memastikan proses transisi yang inklusif," demikian keterangan resmi diakses dari Enter Nusantara, Kamis (3/7/2025).

Selama tiga hari bootcamp, 28-30 April 2025, peserta dari NTB, NTT, dan Jabodetabek berdiskusi dan berbagi pengalaman serta melakukan kunjungan lapangan untuk melihat langsung dampak dan inisiatif energi terbarukan di desa-desa. Fokus utama kegiatan ini adalah untuk membuka ruang diskusi bagi perempuan dan kelompok rentan untuk berbicara dan didengar dalam perencanaan dan implementasi kebijakan energi.

Acara yang digagas oleh Yayasan Koalisi Nasional Transparansi Sumber Daya Ekstraktif Indonesia Publish What You Pay ini mengacu pada dokumen NDC Indonesia yang menekankan pentingnya melibatkan kelompok rentan, termasuk perempuan, masyarakat adat, dan penyandang disabilitas, dalam proses transisi energi.

Namun, data menunjukkan bahwa hanya lima persen perempuan di sektor energi yang menduduki posisi pengambil keputusan. Hal ini tentu saja kurang tepat dan belum berjalan dengan baik. Padahal, studi yang dilakukan oleh IRENA dan McKinsey telah membuktikan bahwa keterlibatan perempuan dapat membawa inovasi, keberlanjutan, dan pertumbuhan ekonomi.

Peserta berkesempatan untuk mengunjungi langsung proyek pompa air tenaga surya di Desa Pandan Indah dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Desa Buwun Sejati sebagai momen refleksi dan pembelajaran. Peserta belajar tentang peran perempuan dalam mendorong transisi energi yang berkeadilan dari Desa Buwun Sejati dan Desa Pandan Indah. Desa Pandan Indah memiliki pompa air tenaga surya yang berhasil memasok air ke warga sekitar.

Dalam konteks ini, perempuan memegang peranan penting sebagai penggerak utama yang membantu merancang dan melaksanakan proyek energi.

Para peserta dapat menyaksikan bagaimana proyek energi terbarukan dapat menjadi peluang pemberdayaan jika dilakukan dengan prinsip keadilan sosial dan kesetaraan, atau hanya menjadi beban jika tidak melibatkan masyarakat sejak awal.

Pengalaman masyarakat perempuan dalam mengelola energi lokal, menghadapi ketimpangan akses, dan membangun ketahanan ekonomi merupakan narasi penting yang harus diarusutamakan dalam agenda transisi energi nasional.

Pada hari terakhir, para peserta berbagi pengalaman dan merumuskan produk jurnalistik serta konten kampanye yang mewakili suara komunitas masing-masing. Para peserta juga berhasil mengembangkan rencana aksi untuk dapat memperkuat kolaborasi lintas wilayah dan sektor antara organisasi masing-masing.

Kamp pelatihan ini bukan sekadar forum pembelajaran, tetapi ruang untuk membangun solidaritas dan menyusun strategi bersama untuk transisi energi yang tidak meninggalkan siapa pun. Sebagaimana prinsip-prinsip Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) telah nyatakan, keadilan sosial bukanlah aksesori; keadilan sosial adalah arus utama masa depan energi yang berkelanjutan.

Pelatihan ini dipercaya bahwa transisi energi bukan hanya tentang mengganti sumber daya fosil dengan energi terbarukan, tetapi juga tentang mengubah cara pandang terhadap kesetaraan, partisipasi, dan distribusi manfaat. Oleh karena itu, kegiatan ini menegaskan pentingnya perspektif kaum muda dan kelompok terpinggirkan dalam perumusan kebijakan terkait teransisi energi.

Bumi Makin Panas

Enter Nusantara merilis data dari Meteorologi Dunia (WMO) yang menunjukkan bahwa tahun 2023 jadi tahun terpanas sejak masa pra-industrialisasi, artinya pemanasan global dan perubahan iklim semakin mengkhawatirkan. Para peneliti pun menegaskan pentingnya mengurangi emisi, khususnya dari sektor energi yang selama ini didominasi bahan bakar fosil tidak ramah lingkungan, untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius.

Selama ini, pemerintah dinilai menjauh dari komitmen Perjanjian Paris dengan menurunkan target bauran energi terbarukan dari 23 persen di tahun 2025, menjadi 17 persen di tahun 2025. Sementara, anak muda di Indonesia termasuk salah satu kelompok yang paling rentan akan dampak perubahan iklim, seperti yang diperingatkan UNICEF.

Mengurangi dampak krisis bukan hanya merupakan keharusan, tetapi juga kewajiban moral untuk melindungi hak-hak dan masa depan anak muda. Untuk mengatasi krisis iklim dan bertransisi energi secara berkeadilan, sangat penting untuk melibatkan suara anak muda Indonesia dan memberdayakan mereka agar berpartisipasi aktif dalam mendorong kebijakan dan inisiatif.

 

Penulis: Diana

Kontributor

0 comments

    Leave a Reply