BNPT Cegah Radikalisme Mrelalui Ruang Pendidikan

IVOOX.id, Jakarta - Lembaga pendidikan dan media sosial di era digital ini merupakan dua wilayah yang diperebutkan oleh kelompok radikal terorisme karena dinilai sangat efektif untuk mentranformasi paham serta merekrut anggota.
Brigjen (Pol) R Ahmad Nurwakhid, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), di Tanjung Selor, Rabu, menyatakan bahwa dengan alasan tersebut sehingga guna mencegah paham kekerasan itu di Bulungan, Kalimantan Utara perlu melalui ruang pendidikan dan media sosial.
"Sehingga perlu membekali pemahaman pencegahan terorisme kepada para guru melalui penguatan moderasi beragama di sekolah," katanya pada acara "Training Of Trainer Menjadi Guru Pelopor Moderasi Beragama", di Kabupaten Bulungan, Kaltara oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltara.
Guna mengisi ruang pendidikan, juga perlu terus melalukan kontra narasi di ruang digital, sehingga acara tersebut dirangkai dengan lomba “Pembuatan Bahan Ajar Berupa Video Pendek Sosiodrama Moderasi Beragama".
"Terorisme adalah ancaman nyata bagi kedamaian di Indonesia. Kelompok pelaku terorisme tinggal di tengah masyarakat, membaur dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan bukan tidak mungkin ada di tengah-tengah lembaga pendidikan, sehingga kita harus selalu waspada," katanya dalam sambutan tertulis dibacakan oleh Maira Himadhani, Subkoordinator Partisipasi Masyarakat BNPT.
Hal itu, katanya lagi, menuntut agar semua pihak dalam mencegah paham kekerasan ini mengedepankan kewaspadaan, tidak hanya untuk alasan keselamatan, melainkan juga mencegah tersebarluaskannya paham radikal terorisme tersebut.
BNPT sebagai lembaga negara yang mendapatkan mandat melaksanakan penanggulangan terorisme dengan mengoordinasikan seluruh kementerian dan lembaga yang terus berupaya menekan kejahatan luar biasa tersebut.
"Upaya kami tidak hanya melalui penindakan secara tegas, namun juga menjalankan program-progran bersifat 'soft approach' atau penanganan secara lunak," katanya dilansir Antara.
"Kegiatan yang kami lakukan hari ini adalah salah satu bentuk bagaimana terorisme ditanggulangi secara lunak dengan melibatkan berbagai komponen bangsa, khususnya melalui partisipasi aktif stakeholder pendidikan," katanya pula.
Sholehuddin MPd, dosen FIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, pembicara dalam acara tersebut, sepakat bahwa saat ini terjadi perebutan wilayah ruang medsos dan ruang pendidikan baik untuk pelaku paham kekerasan maupun upaya pencegahannya.
Faktanya, kata dia lagi, khusus ruang medsos lebih banyak dikuasai oleh paham-paham menyimpang ketimbang konten yang bersifat mendidik.
"Apa kaitannya dengan guru, karena jika guru mengisi ruang medsos ini, maka tentu lebih dipercaya karena status sebagai pendidik," kata Sholehuddin.
Ia mengungkapkan indeks potensi radikalisme berdasar survei nasional BNPT 2020, dari pengakses internet 75,5 persen dari kelompok Gen Z (lahir 1981-2000) mencapai 93 persen, Gen Milenial (1981-2000) 85 persen, dan Gen X (1965-1980) 54 persen.

0 comments