Bank Indonesia Sebut Pertumbuhan Ekonomi Diprakirakan Membaik di Semester II 2025 | IVoox Indonesia

June 20, 2025

Bank Indonesia Sebut Pertumbuhan Ekonomi Diprakirakan Membaik di Semester II 2025

Gubernur BI Perry Warjiyo
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juni 2025 di Jakarta, Rabu (18/7/2025). IVOOX.ID/Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia Channel

IVOOX.id – Bank Indonesia (BI) memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada semester II 2025, dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 secara keseluruhan diprakirakan berada dalam kisaran 4,6-5,4 persen.

“Berbagai respons kebijakan perlu terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi permintaan domestik maupun eksternal,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juni 2025 di Jakarta, Rabu (18/6/2025), dikutip dari Antara.

Perry mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus didorong di tengah ketidakpastian global akibat kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Kegiatan ekonomi triwulan II 2025 menunjukkan kinerja ekspor nonmigas yang lebih baik, dipengaruhi front loading ekspor ke Amerika Serikat sebagai respon antisipasi eksportir terhadap kebijakan tarif Amerika Serikat.

Sementara itu, sumber pertumbuhan dari permintaan domestik melalui konsumsi rumah tangga dan investasi perlu makin ditingkatkan.

Dari sisi pemerintah, kebijakan fiskal ditempuh untuk mempercepat belanja melalui pemberian gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan subsidi transportasi, serta penebalan bantuan sosial kepada keluarga penerima manfaat.

Dari sisi Bank Indonesia, penurunan suku bunga dan pelonggaran likuiditas ditempuh melalui kebijakan moneter yang dibarengi dengan peningkatan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk mendorong kredit pembiayaan ke sektor-sektor prioritas pendorong pertumbuhan ekonomi.

“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran dengan kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil pemerintah termasuk implementasi program Asta Cita,” kata Perry.

Prakirakan Ketidakpastian Ekonomi Global Tetap Tinggi

Bank Indonesia (BI) memprakirakan ketidakpastian perekonomian global masih tetap tinggi ke depan akibat masih berlangsungnya negosiasi tarif antara AS dan sejumlah negara, serta eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

"Kondisi ini memerlukan kewaspadaan serta penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juni 2025 di Jakarta, Rabu (18/6/2025), dikutip dari Antara.

BI menilai saat ini ketidakpastian perekonomian global sedikit mereda, meskipun tetap tinggi akibat dinamika negosiasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Perry mencatat berbagai indikator menunjukkan kebijakan tarif Amerika Serikat berdampak pada melambatnya ekonomi dunia.

Pertumbuhan ekonomi di negara maju, yaitu Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang dalam tren menurun, di tengah ditempuhnya kebijakan fiskal ekspansif dan pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara tersebut.

Ekonomi Tiongkok pun melambat akibat menurunnya ekspor terutama ke Amerika Serikat di tengah perlambatan permintaan domestiknya.

Sedangkan, ekonomi India diperkirakan tumbuh baik terutama didorong oleh masih kuatnya investasi.

"Dengan perkembangan tersebut, prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 tetap sebesar 3 persen," kata Perry.

Sementara itu, tekanan inflasi di Amerika Serikat menurun sejalan dengan ekonomi yang melambat meskipun terjadi kenaikan inflasi pada kelompok barang akibat kebijakan tarif, sehingga memperkuat ekspektasi terhadap arah penurunan Fed Funds Rate (FFR) atau suku bunga kebijakan moneter Bank Sentral AS ke depan.

Di pasar keuangan global, pergeseran aliran modal dari Amerika Serikat ke aset yang dianggap aman dan juga ke aset keuangan emerging market terus terjadi.

Perkembangan ini pun mendorong berlanjutnya pelemahan indeks mata uang dolar AS terhadap mata uang negara maju (DXY) dan negara berkembang (ADXY).

BI juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 5,5 persen.

Suku bunga deposit facility diputuskan untuk tetap pada level 4,75 persen. Begitu pula suku bunga lending facility yang diputuskan untuk tetap berada pada level 6,25 persen.

0 comments

    Leave a Reply