May 19, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

BI: Pengendalian Inflasi Syarat Pertumbuhan Ekonomi NTT

iVooxid, Kupang - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga mengatakan pengendalian gejolak inflasi harga barang menjadi salah satu syarat pencapaian target pertumbuhan ekonomi regional dan nasional.

"Ada daerah yang hanya fokus mengejar pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan dan mengabaikan upaya-upaya pengendalian inflasi," kata Naek Tigor Sinaga, di Kupang, Senin (17/10/2016), terkait indikator dan solusi pertumbuhan ekonomi dan inflasi pada tahun kedua kepemimpinan pemerintahan Jokowi-JK.

Menurut dia, salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah pengendalian inflasi agar tidak terlalu tinggi melampaui rata-rata target yang telah ditetapkan, selain menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru seperti pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui pendekatan klaster atau kelompok pengendalian infasi.

"Pengendalian inflasi ini penting dilakukan karena apabila sulit dikendalikan maka akan sangat mengganggu pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sehingga berdampak terhadap pencapaian target pertumbuhan," katanya lagi.

Pada sisi ini, peran TPID sangat penting untuk mengendalikan inflasi selain pendekatan klaster yang dipandang strategis karena pengembangannya dilakukan dari hulu-hilir.

Karena itu, katanya lagi, perlu komitmen dan kerja sama setiap pemangku kepentingan, terutama TPID.

Dalam kebijakan BI, kata dia, suku bunga juga berperan penting tak hanya sebagai sinyal kebijakan, tetapi juga sebagai insentif perekonomian.

"Dalam penentuan kebijakan, BI selalu memilih untuk tidak mengambil langkah ekstrem yang berbentuk 'corner solution', tapi berusaha melihat dan menimbang semua aspek, terutama tentu saja proyeksi dan sasaran inflasi hingga dapat dirancang suatu 'interior solution'," katanya.

Dia menyebutkan perekonomian nasional sedang memasuki masa lingkungan global dan sempat diwarnai stagnasi dan volatilitas yang merisaukan sebelumnya, saat ini pulih akibat berbagai paket kebijakan dan strategi lainnya yang tepat sehingga perekonomian kita dipandang banyak kalangan telah membuahkan sejumlah prestasi.

Dalam konteks lokal di NTT, ekonomi setempat pada semester 1-2016 terhadap semester 1-2015 tumbuh 5,19 persen (c-to-c).

"Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pengadaan listrik dan gas sebesar 12 persen," katanya pula.

Bahkan, dia menyebutkan, ekonomi NTT triwulan II-2016 terhadap triwulan II-2015 tumbuh 5,29 persen (y-on-y) dibanding periode yang sama pada tahun 2015 sebesar 5,12 persen.

"Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa keuangan sebesar 16,34 persen," katanya pula.

Sedangkan dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 5,87 persen.

Sementara ekonomi NTT triwulan II-2016 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 4,54 persen (q-to-q). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi terjadi pada pertambangan dan penggalian tumbuh 10,92 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen perubahan inventori (461,47 persen) dan pengeluaran konsumsi pemerintah (77,83 persen).

Pada September 2016, NTT alami deflasi sebesar 0,17 persen setelah sebelumnya pada Agustus 2016 juga mengalami deflasi sebesar 0,80 persen.

"Meskipun deflasi pada bulan September ini tergolong kecil, namun sudah dua bulan berturut-turut daerah berpenduduk 5,3 juta jiwa ini mengalami deflasi," katanya.

Ia mengatakan deflasi di NTT disebabkan penurunan indeks harga pada dua dari tujuh kelompok pengeluaran, yakni bahan makanan, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. (ant)

0 comments

    Leave a Reply