BI: Pelonggaran Moneter Tertahan Laju Inflasi | IVoox Indonesia

July 3, 2025

BI: Pelonggaran Moneter Tertahan Laju Inflasi

BI Luncurkan Aplikasi Web Terkait Perizinan dan Pendaftaran Sistem Pembayaran

iVooxid, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardodjo mengatakan peluang pelonggaran kebijakan moneter pada Februari 2017 tertahan karena tekanan ekonomi domestik, salah satunya laju inflasi akibat kebijakan penyesuaian tarif barang yang diatur pemerintah (administered prices).

"Kami melihat bahwa untuk pelonggaran ini ada kondisi internal domestik yang perlu kita waspadai, seperti kemungkinan adanya tekanan inflasi apabila ada penyesuaian 'administered prices' yang dilakukan pemerintah," ujar Agus dalam jumpa pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Februari 2017, di Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Bank Sentral pada RDG triwulanan Februari 2017 mempertahankan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" sebesar 4,75 persen, dan bunga penyimpanan dana di BI (Deposit Facility) 4 persen, serta bunga fasilitas penyediaan dana dari BI ke perbankan (Lending Facility) 5,5 persen.

Agus mengatakan arah kebijakan moneter BI pada Februari 2017 tetap "hati-hati akomodatif", karena selain tekanan dari inflasi, terdapat potensi tekanan dari kondisi global, seperti sikap The Federal Reserve yang menyebutkan terdapat peluang kenaikan suku bunga, dan dinamika politik di Eropa.

"Sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai. Rencana ekspansi kebijakan fiskal pemerintah AS di tengah sinyal pengetatan kebijakan moneter dapat mendorong penguatan mata uang AS dan penyesuaian suku bunga yang lebih cepat," ujar Agus.

Agus menuturkan BI dan pemerintah sudah memperkuat koordinasi untuk mengantisipasi kenaikan tekanan inflasi dalam negeri. Tekanan inflasi ke depan akan banyak bersumber dari tarif harga energi seperti listrik dan Bahan Bakar Minyak.

Meskipun demikian, Agus mengaku tetap menghargai sikap pemerintah yang menyesuaikan bentuk penyaluran subsidi energi, karena hal tersebut dapat memperkuat reformasi subsidi energi.

"Kalau ada risiko inflasi karena penyesuaian subsidi kita harapkan agar itu dilakukan dengan komitmen kita bisa menjaga harga dari harga pangan strategis dapat terjaga di bawah 4-5 persen di 2017," tuturnya.

Secara umum, selain tekanan inflasi, Agus melihat kondisi ekonomi domestik membaik. Perbaikan ekonomi itu karena membaiknya indikator Neraca Pembayaran Indonesia 2016 yang surplus 12,1 miliar dolar AS, dan realisasi pertumbuhan ekonomi 2016.

Pada 2017, Agus memerkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di rentang 5-5,4 persen.

"Saya melihat arah pertumbuhan ekonomi akan berada di sedikit bawah pertengahan rentang 5-5,4 persen," ujar dia. (ant)

0 comments

    Leave a Reply