Bedah Buku Karya Paiman Raharjo, Berangkat dari Pengalaman Hidup

IVOOX.id – Wakil Menteri Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Profesor H. Paiman Raharjo menuangkan pemikiran dan ide dari pengalaman hidupnya menjadi sebuah buku berjudul Pikiran & Ide Prof. H. Paiman Raharjo.
Buku Paiman salah satunya menyoroti fenomena sosial dan dunia pendidikan. Tak sedikit masyarakat yang menganggap pendidikan sebagai jalan pintas dan dalam prosesnya tidak dijalankan dengan benar.
"Pendidikan itu jangan jalan pintas, harus melalui proses yang benar, nah saya ngobrol sama ibu-ibu, anak mereka baru saja beberapa tahun dipaksa harus sudah bisa membaca padahal, belum waktunya. Terkadang orang tua juga ada yang membanding-bandingkan anak kita dengan anak lain, kemudian memaksa padahal pemikirannya belum nyampe, itu jadi pengalaman saya dalam obrolan-obrolan di buku itu," ujar Paiman dalam acara bedah di Kantor Kementerian Desa PDTT Kamis (4/7/2024).
Paiman berharap karya buku yang ditulisnya bisa menjadi sarana transformasi pemikiran dan ide untuk bisa memberi pencerahan kepada siapa pun terutama generasi muda.
"Ada dialog-dialog segar sehingga membaca buku yang sebetulnya tema berat menjadi terasa ringan karena penyajiannya dengan gaya populer," katanya.
Pada kesempatan itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) juga turut mengapresiasi buku Pikiran dan Ide Prof. H. Paiman Raharjo. Menurutnya buku tersebut banyak memberikan inspirasi lantaran menyuguhkan pengalaman dari banyak kalangan.
"Di dalam buku ini terdapat tulisan inspiratif hasil berbagai pertemuan Prof. Paiman dengan berbagai kalangan, baik di kantor, di jalanan, di angkringan, dan lainnya. Dari obrolan tersebut, Prof. Paiman mengakui bahwa siapa pun orangnya, tanpa melihat pangkat dan tingkat pendidikan, mereka juga memiliki pemikiran tersendiri tentang dunia politik, pendidikan, karier, persahabatan, dan sebagainya yang adakalanya sangat unik. Berbagai pemikiran yang unik-unik itulah yang ada di dalam buku ini," kata Bamsoet dalam sambutanya, Kamis (4/7/2024).
Selain itu, kata Bamsoet dalam konteks pembangunan di Indonesia, buku ini juga mengajak pembaca untuk menata dan meneguhkan kembali orientasi pembangunan nasional.
"Misalnya, sebagai negara agraris dan kepulauan, arah pembangunan Indonesia tidak seharusnya hanya cenderung pada pembangunan negara industri saja. Sebutan negara agraris bagi negara yang masih menggantungkan impor hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, tentunya menjadi suatu paradoks," ujarnya.

0 comments