Bank Mandiri Selektif Salurkan Kredit, Pilih Sektor "resilent" | IVoox Indonesia

May 6, 2025

Bank Mandiri Selektif Salurkan Kredit, Pilih Sektor "resilent"

bank mandiri

IVOOX.id, Jakarta - Meningkatkan biaya pencadangan mengantisipasi penurunan kredit sebagai dampak COVID-19, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memilih selektif dalam menyalurkan kredit dengan menyasar sektor yang dinilai masih aman dan tahan banting (resilent).

“Tumbuh selektif di sektor yang tidak terdampak COVID-19 seperti farmasi, telekomunikasi, dan FMCG (barang konsumen),” kata Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar ketika memaparkan kinerja triwulan I tahun 2020 secara virtual di Jakarta, Senin (8/6).

Menurut dia, bank BUMN ini ingin mendukung roda ekonomi Indonesia dan membantu pelaku UMKM.

Namun ketidakpastian akibat COVID-19 dalam kondisi global termasuk penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berbeda di sejumlah wilayah, membuat pihaknya sulit melakukan prediksi target.

“Jadi kami terus terang mengalami kesulitan untuk menyusun revisi target. Kami ingin tumbuh, tapi dalam situasi ini prioritas kami restrukturisasi dan perbaikan, kami akan menyesuaikan,” ucapnya, dikutip Antara.

Senada dengan Royke, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Winston Rumantir menambahkan pihaknya akan tetap mendukung debitur terutama yang masih sehat.

Ia merinci porsi kredit di sektor farmasi tumbuh mencapai 16,9 persen, begitu juga fast moving consumer goods (FMCG/barang konsumen) tumbuh 6,9 persen, dan telekomunikasi tumbuh 44 persen.

“Kami akan fokus ke sektor yang resilient di dalam masa pandemic COVID-19,” katanya.

Realisasi kredit konsolidasi perusahaan pelat merah ini selama triwulan pertama ini mencapai Rp902,7 triliun atau naik 14,20 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Adapun portofolio kredit Bank Mandiri yakni segmen wholesale mencapai Rp513 triliun atau tumbuh 17,92 persen dan segmen ritel sebesar Rp273,1 triliun atau tumbuh 9,47 persen secara tahunan.

Silvano juga mengungkapkan selama triwulan pertama tahun ini, bank BUMN itu juga meningkatkan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mencapai Rp3,4 triliun.

Jumlah itu naik sebesar 26,19 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp2,7 triliun.

“Biaya cadangan meningkat seiring pembentukan biaya CKPN untuk Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 dan untuk antisipasi penurunan kredit akibat COVID-19,” katanya.

0 comments

    Leave a Reply