Asosiasi Keluhkan Impor Produk Tekstil Ilegal, Sudah 60 Perusahaan Tutup dan 25 Ribu Pekerja di PHK

IVOOX.id – Industri tekstil Indonesia berada di ujung tanduk akibat serbuan impor ilegal yang tak terkendali. Dalam dua tahun terakhir, sebanyak 60 perusahaan tekstil terpaksa gulung tikar, menyebabkan sekitar 250 ribu pekerja kehilangan pekerjaan.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, menyebutkan bahwa banjirnya barang ilegal di pasar domestik menjadi penyebab utama runtuhnya sektor ini. “Impor ilegal menjadi pembunuh utama industri tekstil Indonesia. Sekitar 40 persen barang yang masuk ke Indonesia tidak tercatat secara resmi,” ungkap Redma dalam keterangan resmi yang diterima ivoox.id, Rabu (18/12/2024).
Redma menjelaskan, selama pandemi COVID-19 pada 2021, saat impor dari China terhenti, industri tekstil lokal sempat mengalami pemulihan. Namun, setelah lockdown berakhir, impor kembali meningkat, dan barang-barang ilegal mulai membanjiri pasar.
“Setelah pandemi, banyak perusahaan tekstil yang kesulitan bertahan karena tidak mampu bersaing dengan produk ilegal yang lebih murah. Akibatnya, utilisasi industri turun drastis, dan banyak pabrik terpaksa tutup,” ujarnya.
Dampak dari impor ilegal ini tidak hanya dirasakan oleh sektor tekstil, tetapi juga sektor terkait seperti industri petrokimia dan produksi Purified Terephtalic Acid (PTA), bahan baku utama tekstil. Turunnya produksi PTA turut berdampak pada penurunan konsumsi listrik dan sektor logistik.
Industri tekstil sebelumnya merupakan salah satu penyokong utama ekonomi Indonesia, dengan kontribusi sebesar 11,73 persen terhadap konsumsi listrik sektor industri dan 5,56 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Namun, dominasi barang impor ilegal membuat pangsa pasar lokal terus menurun, merugikan negara dari sisi pajak dan bea masuk.
Redma meyakini, jika masalah impor ilegal ini dapat diatasi, industri tekstil Indonesia memiliki potensi untuk kembali menyumbang hingga 8 persen terhadap PDB.
Untuk menyelamatkan industri tekstil, Redma mengusulkan langkah-langkah konkret, seperti pembatasan impor yang lebih ketat dan perbaikan sistem di pelabuhan. “Kelemahan sistem di pelabuhan, terutama terkait penggunaan scanner dan data manifest import yang tidak sinkron, menjadi celah bagi masuknya barang ilegal,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya meningkatkan daya saing produk lokal. “Dengan memanfaatkan potensi pasar domestik yang besar, kita bisa menghidupkan kembali industri tekstil dan mengurangi ketergantungan pada impor. Namun, semua ini harus dimulai dengan memperbaiki regulasi dan menangani masalah impor ilegal,” ujarnya.
Redma berharap pemerintah segera mengambil tindakan tegas untuk melindungi pasar domestik, menyelamatkan industri tekstil, dan mengembalikan ribuan lapangan kerja yang hilang. "Kita masih memiliki peluang untuk bangkit, tetapi waktu semakin mendesak," katanya.

0 comments