MNC Sekuritas
Arah Rupiah Masih Pengaruhi Pergerakan Harga SUN Awal Pekan
IVOOX.id, Jakarta - MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi pada perdagangan Senin (28/1/2019), dengan dipengaruhi pergerakan rupiah.
Selain itu, Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan para pelaku pasar juga akan mencermati kondisi pasar jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur bank sentral AS (FOMC Meeting) pada pekan ini. Sehingga, mereka akan melakukan aksi pembelian secara selektif.
Dengan kondisi tersebut, harga SUN diperkirakan cenderung bergerak terbatas pada hari ini.
"Kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN dengan melakukan strategi trading di tengah harga SUN yang masih berfluktuasi," ujarnya dalam riset harian, Senin (28/1).
Made juga masih merekomendasikan sejumlah seri SUN tenor pendek dan menengah sebagai pilihan di tengah kondisi pasar yang masih berfluktuasi, yaitu seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, FR0072, dan FR0067.
Pada perdagangan Jumat (25/1), harga Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan didukung oleh penguatan rupiah terhadap dolar AS di tengah estimasi pelaku pasar bahwa The Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada FOMC Meeting mendatang. Kenaikan harga ini terjadi di sebagian besar SBN, dengan peningkatan mencapai 25 bps yang mendorong penurunan yield sebesar 3 bps.
Imbal hasil SBN tenor pendek turun antara 0,5-3,1 bps, didorong oleh kenaikan harga sebesar 9 bps. Sementara itu, yield SUN tenor menengah turun 1 bps, didukung kenaikan harga sebesar 5,6 bps.
Untuk SUN tenor panjang, imbal hasilnya turun 3 bps dengan didorong kenaikan harga hingga 30 bps.
Beberapa seri SBN seri acuan juga mengalami perubahan. SBN tenor 5 tahun mengalami kenaikan harga 3 bps, yang mendorong penurunan tingkat imbal hasil sebesar 0,7 bps ke level 7,948%.
Untuk tenor 10 tahun, terjadi kenaikan harga sebesar 4 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 0,6 bps ke level 8,077%.
Untuk tenor 15 tahun, harganya mengalami kenaikan hingga 25 bps, yang mendorong terjadinya penurunan yield sebesar 1,6 bps. Adapun SBN tenor 20 tahun mengalami kenaikan harga yang paling tinggi di antara seri acuan lainnya, yaitu sebesar 25 bps dengan didorong oleh penurunan tingkat imbal hasil sebesar 2,6 bps.
Selain dipengaruhi oleh pergerakan rupiah, perubahan harga SUN juga didukung oleh menurunnya persepsi risiko di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global, terutama di pasar sahamnya.
Pelaku pasar juga masih akan mencermati kondisi pasar dan selektif dalam melakukan aksi beli menjelang FOMC Meeting yang akan digelar pada pekan ini. Pelaku pasar mengestimasi bahwa The Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuannya.
Harga SBN berdenominasi dolar AS masih menunjukkan tren kenaikan yang sejalan dengan penurunan imbal hasil US Treasury dan terus membaiknya persepsi risiko di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global.
Kenaikan harga terjadi pada hampir keseluruhan seri SUN berdenominasi dolar AS. Harga INDO24 mengalami kenaikan 16 bps yang mendorong terjadinya penurunan yield sebesar 3,37 bps ke level 3,868%.
Sementara itu, INDO29 mengalami kenaikan harga sebesar 34 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasil sebesar 4,13 bps ke level 4,242%. Adapun INDO44 mengalami kenaikan harga sebesar 56,20 bps sehingga imbal hasilnya turun sebesar 3,4 bps ke level 5,020%.
Untuk INDO 49, kenaikan harganya mencapai 36,40 bps sehingga mengalami penurunan yield sebesar 2,22 bps ke level 4,912%.
Volume perdagangan SBN mengalami peningkatan dibandingkan dengan perdagangan pada hari sebelumnya, dengan volume perdagangan menyentuh Rp12,1 triliun dari 41 seri yang dilaporkan.
Volume terbesar didapati pada Obligasi Negara seri FR0068, dengan nilai Rp2,409 triliun dari 31 kali transaksi di harga rata-rata 99,125%. Diikuti Obligasi Negara seri FR0075, yakni Rp1,564 triliun dari 84 kali transaksi di harga rata-rata 92,25%.
Sementara itu, dari perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 mencatatkan volume perdagangan terbesar, yakni Rp220 miliar dari 1 kali transaksi di harga 98,73%. Diikuti Project Based Sukuk seri PBS013 senilai Rp161,5 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata-rata 99,88%.
Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yakni senilai Rp840,61 miliar dari 35 seri obligasi yang diperdagangkan.
Volume perdagangan terbesar didapati pada seri Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) senilai Rp224 miliar dari 2 kali transaksi. Diikuti Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap III Tahun 2018 Seri A (BNII02ACN3) senilai Rp105 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata-rata 100,14%.
Adapun rupiah ditutup menguat 77,50 pts (0,55%) di level Rp14.092,5 per dolar AS. Penguatan tersebut terjadi di tengah menguatnya sebagian besar nilai tukar mata uang regional.
Mata uang won Korea Selatan (KRW) dan mata uang peso Filipina (PHP) merupakan mata uang yang mengalami penguatan tertinggi, masing-masing sebesar 0,66% dan 0,63% dan diiringi oleh penguatan rupiah Indonesia sebesar 0,55%. Selanjutnya, ringgit Malaysia (MYR) mengalami penguatan sebesar 0,48% yang dilanjutkan dengan penguatan yuan China (CNY) sebesar 0,35% terhadap dolar AS.
Sementara itu, pergerakan yang berlawanan terjadi dengan rupee India (INR) dan yen Jepang (JPY), yang masing-masing melemah sebesar 0,17% dan 0,15%.
Di sisi lain, imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup menguat terbatas sebesar 4,6 bps di level 2,758%, sedangkan tenor 30 tahun menguat ke level 3,066%. Penguatan ini terjadi seiring kondisi pasar saham AS, di mana indeks saham utamanya mengalami pergerakan yang positif.
Indeks DJIA menguat sebesar 75 bps ke level 24737,20, sedangkan indeks NASDAQ menguat sebesar 129 bps ke level 7164,86.
Untuk imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun, terjadi penguatan sehingga berada di level 1,325%. Sementara itu, surat utang Jerman bertenor 10 tahun mengalami koreksi ke level 0,19%.
0 comments