Anggota DPR Pertanyakan Melonjaknya Harga Beras Melonjak di Tengah Stok Melimpah | IVoox Indonesia

July 8, 2025

Anggota DPR Pertanyakan Melonjaknya Harga Beras Melonjak di Tengah Stok Melimpah

Harga beras di agen Beras SG Singaparna di Jalan Terusan Soreang Banjaran
Harga beras di agen Beras SG Singaparna di Jalan Terusan Soreang Banjaran pada Jumat (1/9/2023), Pedagang mulai merasakan kenaikan harga sejak awal Agustus 2023. IVOOX/Fahrurrazi Assyar

IVOOX.id – Komisi IV DPR RI mempertanyakan lonjakan harga beras di pasaran yang terjadi meskipun cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog tercatat melimpah, mencapai 4,19 juta ton per 30 Juni 2025. Situasi ini menimbulkan tanda tanya di kalangan anggota dewan, termasuk kekhawatiran soal efektivitas kebijakan intervensi pasar oleh pemerintah.

Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan, menyuarakan kebingungannya atas kondisi pasar yang dinilai janggal. Ia menyebut bahwa stok besar yang dimiliki Bulog seharusnya mampu menekan harga melalui mekanisme operasi pasar, namun informasi yang ia terima menyebutkan Bulog justru tidak diperkenankan melakukan pelepasan stok.

“Banyak yang bertanya ke saya, di tengah harga konsumen yang tinggi, katanya Bulog dilarang untuk melepas cadangannya. Padahal biasanya Bulog justru melakukan intervensi pasar. Ini yang perlu kita pertanyakan. Kalau Bulog tak boleh intervensi, lalu apa gunanya stok besar itu?” ujar Daniel dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas), di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (1/7/2025).

Daniel juga menyinggung adanya potensi kerugian negara yang bisa mencapai puluhan triliun rupiah tiap tahunnya jika intervensi harga tidak dilakukan secara optimal. Menurutnya, hal ini bisa mencederai kepercayaan publik terhadap sistem tata kelola pangan nasional.

Menanggapi hal itu, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa kenaikan harga beras tak bisa dilepaskan dari dinamika harga di tingkat petani. Ia menyebut harga Gabah Kering Panen (GKP) saat ini sudah melampaui Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yang turut mendorong harga beras ikut naik di pasaran.

“Kalau sebelumnya GKP ada di angka Rp5.500 atau Rp6.000, hari ini sudah Rp6.500 bahkan untuk kualitas apa pun. Jadi wajar jika harga beras ikut naik,” kata Arief dalam forum yang sama.

Arief menambahkan bahwa fluktuasi harga ini juga dipicu oleh pola musiman. Masa panen raya yang terjadi pada Maret–April membuat produksi sempat tinggi, namun setelah periode tersebut berakhir, pasokan turun dan harga gabah melonjak.

“Ini memang waktu yang krusial bagi pemerintah untuk masuk melakukan intervensi. Ada dua cara: melalui bantuan pangan bagi 18,2 juta KPM dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP),” ujarnya.

Ia memastikan pemerintah tengah mempersiapkan langkah konkret untuk menahan lonjakan harga, termasuk melalui distribusi bantuan beras dan operasi pasar.

0 comments

    Leave a Reply