Airlangga Sebut Sektor Makanan dan Pakaian Paling Terpukul Kebijakan Tarif Trump

IVOOX.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa sektor makanan dan pakaian menjadi dua sektor ekspor utama Indonesia yang paling terdampak dari kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.
“Penerapan tarif ini memberikan dampak signifikan pada sektor makanan dan pakaian, karena keduanya adalah sektor unggulan ekspor Indonesia,” kata Airlangga usai memimpin rapat koordinasi bersama lebih dari 100 asosiasi pelaku usaha pada Senin (7/4/2025).
Airlangga juga menjelaskan bahwa negara-negara ASEAN lainnya seperti Vietnam, Kamboja, dan Thailand ikut terdampak kebijakan tersebut, bahkan dengan tarif lebih tinggi dibanding Indonesia. Sebaliknya, negara seperti Malaysia, Filipina, dan Singapura mendapatkan perlakuan tarif yang lebih ringan.
Menurutnya, meski kondisi ini menimbulkan tantangan, ada pula celah untuk mengalihkan produksi (product shifting) ke sektor lain. Ia menambahkan bahwa beberapa pesaing utama Indonesia seperti China, Bangladesh, dan Vietnam dikenai tarif lebih tinggi.
“Situasi ini bisa menjadi peluang untuk melihat potensi pengalihan pasar dan produksi, terutama karena tarif untuk kompetitor kita justru lebih berat,” ujarnya.
Airlangga menegaskan bahwa pasar Amerika tetap menjadi target penting bagi ekspor nasional. Untuk itu, pemerintah telah menjalin komunikasi intensif melalui Kedutaan Besar Indonesia di AS dan sedang menyiapkan proposal konkret untuk diajukan kepada United States Trade Representative (USTR).
Presiden Prabowo Subianto juga disebut aktif mengikuti perkembangan isu tarif ini. Menurut Airlangga, Prabowo telah berdialog dengan sejumlah pemimpin negara, termasuk Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, guna merumuskan langkah-langkah strategis lanjutan.
Selain itu, Indonesia juga sedang mendorong pendekatan kolektif di kawasan ASEAN. Rencananya, para Menteri Perdagangan negara-negara ASEAN akan bertemu pada 10 April 2025 untuk menyatukan suara dalam merespons kebijakan perdagangan AS dan memperkuat jalur negosiasi.
“Indonesia bersama Malaysia akan mendorong pembaruan Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang sudah ada sejak 1996. Beberapa klausul dalam perjanjian itu sudah tidak lagi relevan dan butuh disesuaikan,” ujar Airlangga.
Lebih lanjut, pemerintah akan mengoptimalkan strategi impor dan ekspor nasional dengan memanfaatkan selisih neraca dagang atau delta perdagangan yang saat ini tercatat sebesar USD18 miliar. Beberapa komoditas seperti gandum, kapas, migas, dan komponen penting untuk proyek strategis nasional seperti pembangunan kilang minyak menjadi target optimalisasi dalam strategi ini.

0 comments