April 27, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

43 Shares Indikator Angle of Attack Jadi Awal Masalah Jatuhnya JT 610

IVOOX.id, Jakarta - Penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 beregistrasi PK-LQP sedikit demi sedikit mulai terkuak ke publik. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), saat Rapat Kerja dengan Komisi V DPR Kamis (22/11), memaparkan bahwa pesawat Lion Air penerbangan rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat 26 Oktober lalu itu sempat mengalami kondisi kehilangan daya angkat (stall).

"Dari hasil pembacaan kotak hitam (black box) pada saat mulai terjadi perbedaan penunjukan kecepatan di mata kapten dan co-pilot," kata Kepala Sub Komite Kecelakaan Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Nurcahyo, menjelaskan kronologi sebelum pesawat tersebut jatuh, dikutip dari Antara.

"Dilihat dari grafik yang paling bawah, berwarna biru adalah ketinggian, di atas kecepatan, mungkin naik pada tiga garis di atas," katanya lagi.

Untuk diketahui, pesawat Lion Air ini merupakan pesawat jenis Boeing 737 Max 8 dan mulai digunakan Lion Air pada Agustus 2018. Pesawat ini baru terbang selama 800 jam.

Dikutip dari situs resmi Boeing, Lion Air Boeing 737 MAX 8 memiliki maksimal 210 seat. Rentang perjalanan 3,550 (6,570) km, dengan panjang 39.52 m (129 ft 8 in), Lebar sayap 35,9 m (117 ft 10 in), dan memiliki mesin LEAP-1B CFM International 210 Seats: 737-8-200.

Boeing Max series merupakan generasi keempat pesawat penumpang single aisle (narrow body) yang paling laris di dunia, terbang pertama kali pada 2016. Pesawat Boeing 737 MAX tersebut memiliki 4 tipe pesawat, yaitu B737 MAX 7, B737 MAX 8, B737 MAX 9, dan B737 MAX 10.

Semua MAX Series ini menggunakan mesin LEAP-1B from CFM International dan diklaim hemat bahan bakar, karena mesin CFM LEAP-1B terbaru tersebut dirancang untuk operasional pesawat dan dibuat khusus untuk MAX series. Mesin CFMI LEAP-1B di Max series termasuk Max 8 memiliki diameter 20 cm lebih besar dibanding mesin CFM56-7 di NG series.

Boeing 737 MAX 8 bisa mengurangi penggunaan bahan bakar dan emisi CO2 sebesar 14 persen dibandingkan Next-Generation 737 terbaru, dan 20 persen lebih baik dari generasi pertama 737 Next-Generation. Dan 737 MAX 8 menggunakan bahan bakar 8 persen lebih sedikit per kursi daripada A320.

Lion Air Boeing 737 MAX-8 bisa terbang hingga 7 jam 30 menit untuk sekali pengisian bahan bakar. Jenis 737 Max 8 merupakan pesawat boeing pertama yang memiliki fitur double winglet(dua lekukan pada masing-masing ujung sayap).

Kepada pihak DPR, Nurcahyo menjelaskan bahwa indikator angle of attack (AOA) di pesawat sudah dari awal menunjukan perbedaan di antara kiri dan kanan di mana indikator kanan lebih tinggi dari kiri.

"Pada saat menjelang mulai terbang di sini tercatat bahwa ada garis merah di sini yang menunjukkan pesawat mengalami 'stick shaker'. Stick shaker adalah kemudinya di sisi kapten mulai bergetar. Ini adalah indikasi yang menunjukkan bahwa pesawat akan mengalami 'stall' atau peringatan daya angkat," katanya.

Kemudian, pada saat di ketinggian 5.000 kaki, tercatat indikator berwarna ungu pada 'automatic trim down'. Dengan ini, fitur MCAS atau Manuver Characteristics Augmentation System menurunkan hidung pesawat karena pesawatnya dianggap akan stall.

"Jadi, hal ini kemungkinan disebabkan karena angle of attack di tempatnya kapten menunjukkan 20 derajat lebih tinggi. Kemudian men-trigger terjadinya 'stick shaker'. Mengindikasikan kepada pilot bahwa pesawat akan 'stall'. Kemudian MCAS menggerakkan hidung pesawat untuk turun," katanya.

Nurcahyo menjelaskan, pergerakan tersebut kemudian dilawan oleh pilot.

"Jadi pilotnya 'trim up'. Terus sampai dengan akhir penerbangan, ini parameter biru yang tengah ini menunjukkan berapa total trim yang terjadi. Setelah 'trim down' angkanya turun dilawan oleh pilotnya 'trim up' kemudian akhirnya angkanya kira-kira di angka 5," katanya.

Angka 5 ini adalah angka di mana beban kendali pilot nyaman.

"Apabila angkanya makin kecil, ini bebannya akan semakin berat. Namun kemudian, tercatat di akhir-akhir penerbangan 'automatic trim'-nya bertambah namun trim dari pilotnya durasinya makin pendek. Akhirnya jumlah trimnya makin lama mengecil dan beban kemudi menjadi berat. Kemudian pesawat turun," katanya.

Boeing Baru Menerbitkan Panduan Pasca Kecelakaan

Beberapa waktu setelah kecelakaan, Boeing Co menerbitkan Buletin Manual Operasional (Operational Manual Bulletin/OMB) yang memberikan panduan prosedur yang harus dilakukan awak pesawat ketika sensor AOA mengalami masalah.

Dalam pernyataan resmi di situs Boeing.com, perusahaan mengatakan bahwa Buletin Manual Operasional tersebut diterbitkan pada 6 November 2018. Indikator AOA digunakan untuk mengetahui posisi hidung pesawat. Jika hidung pesawat terlalu tinggi, pesawat bisa mengalami stall dan terjatuh.

"Investigasi terhadap penerbangan Lion Air JT 610 sedang berlangsung dan Boeing terus bekerja sama sepenuhnya dan memberikan bantuan teknis atas permintaan tersebut dan arahan pejabat pemerintah yang menyelidiki kecelakaan itu," kata manajemen Boeing dalam pernyataan tertulisnya.

Boeing juga mengatakan pihaknya mengirimkan tim untuk memberikan dukungan dan bantuan teknis kepada KNKT Indonesia dalam investigasi penerbangan Lion Air JT 610.

"Kami menyampaikan simpati sepenuh hati kepada keluarga dan orang-orang mereka cintai yang berada di penerbangan tersebut," kata manajemen Boeing.

Gugatan Keluarga Korban pada Boeing

Keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 saat ini telah memberikan kuasa hukum kepada Ribbeck Law Chartered untuk mengajukan gugatan hukum terhadap Perusahaan Boeing di Chicago, Amerika Serikat.

Manuel von Ribbeck dari Ribbeck Law Chartered menyebutkan, selain gugatan hukum pertama yang diajukan minggu lalu, keluarga korban juga sedang meminta ganti rugi dengan nilai ratusan juta dolar AS, dalam keterangannya pada Jumat (23/11) dikutip dari Antara.

Manuel menyatakan, tidak ada alasan untuk menunggu laporan akhir dari investigasi untuk menggugat, karena bisa memakan waktu lama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Keputusan siapa yang bersalah dalam kecelakaan itu, katanya, akan ditentukan oleh hakim atau juri di Amerika Serikat.

Manuel menyatakan, pesawat Boeing Max 8 dan manual penerbangan pesawatnya rusak dan berbahaya, dan itulah yang menjadi penyebab langsung kecelakaan itu.

Pengacara lain dari Ribbeck Law Chartered, Deon Botha menyatakan bahwa pada tanggal 7 November 2018, Federal Aviation Administration (FAA) mengeluarkan Pedoman Kelayakan Darurat baru pada Boeing 737 Max, yang diarahkan pada apa yang ditetapkan sebagai "kondisi tidak aman", yang mungkin ada atau berkembang di pesawat Boeing 737 Max lainnya.

Penyelidik telah fokus pada sistem kontrol penerbangan otomatis baru pada Boeing 737 Max yang tidak termasuk dalam versi 737 sebelumnya.

Sistem kontrol penerbangan baru itu memiliki kemampuan yang bisa memperbaiki situasi. Tetapi dalam kondisi yang dialami Boeing 737 Max 8, sistem mendorong hidung pesawat turun secara tidak terduga dan tidak dapat dikendalikan oleh awak pesawat.

"Sebenarnya hal itu bisa diatasi kalau sebelumnya awak pesawat benar-benar diinstruksikan dan dilatih untuk menghadapi situasi seperti itu, yakni mengubah sistem secara manual untuk menghindari kecelakaan," paparnya.

Disebutkan bahwa fitur otomatis itu dapat dipicu bahkan ketika pilot sedang menerbangkan pesawat secara manual dan tidak mengharapkan campur tangan komputer kontrol penerbangan.

Menurut laporan di Wall Street Journal, New York Times, dan publikasi lainnya, Boeing menahan informasi tentang potensi bahaya yang terkait dengan sistem kontrol penerbangan baru itu.

Regulator penerbangan AS telah meluncurkan tinjauan prioritas tinggi terhadap analisis keselamatan yang dilakukan Boeing selama bertahun-tahun, dan informasi apa yang diungkapkan atau tidak diungkapkan kepada maskapai penerbangan tentang sistem kontrol penerbangan baru tersebut.

Dia menegaskan, Ribbeck Law Chartered yang merupakan firma hukum litigasi global yang berkonsentrasi pada bencana penerbangan di seluruh dunia, telah mewakili klien lebih dari 73 negara dan 47 kecelakaan pesawat.

0 comments

    Leave a Reply