42 Tahun Perpusnas: Mengikis Paradigma Rendahnya Kegemaran Membaca di Indonesia | IVoox Indonesia

April 21, 2025

42 Tahun Perpusnas: Mengikis Paradigma Rendahnya Kegemaran Membaca di Indonesia

IMG-20220517-WA0004
Acara konferensi pers HUT ke-42 Perpusnas di Jakarta Pusat, Jumat (13/5). (Foto: Ist/ Perpusnas)

IVOOX.id, Jakarta - Rendahnya minat atau kege­maran membaca seakan menjadi label yang susah hilang dari bangsa Indonesia. Beberapa survei lembaga asing acapkali menempatkan Indonesia di antara negara-negara terbawah dalam peringkat minat baca.

Padahal, berdasarkan survei yang dilakukan di dalam negeri, kenyataan di lapangan soal kegemaran membaca masyarakat Indonesia justru berkata lain. Survei yang dilakukan oleh Tim Perpustakaan Nasional pada 2019 misalnya, menunjukkan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap bacaan sangat tinggi. Survei itu bahkan memperlihatkan rasio satu buku ditunggu hingga 90 orang.

Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando menuturkan sejumlah fakta di lapangan bahwa masyarakat kita selalu haus akan bacaan. Dia mencontohkan, kegiatan-kegiatan di daerah seperti mobil perpustakaan keliling, motor pustaka, becak pustaka, angkot pustaka, hingga kuda pustaka, selalu dipenuhi pembaca terutama anak-anak.

“Ada satu kisah, kapal perpustakaan terapung kami taruh di Sungai Mahakam. Di situ ada sekelompok anak bermain di tepian sungai, ditanya, ‘Kenapa kamu tidak naik di perahu, membaca buku?’ Mereka enteng menjawab, ‘semua buku yang ada di kapal sudah kami baca’,” ujar Syarif saat acara konferensi pers HUT ke-42 Perpusnas di Jakarta Pusat, Jumat (13/5).

Menurut Syarif, hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga dari luar negeri tidak memiliki parameter yang jelas. Harusnya, kegemaran membaca antara lain diukur berdasarkan jumlah bacaan dalam periode waktu tertentu, durasi membaca, dan variasi bahan bacaan.

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi mengungkapkan, tren kegemaran membaca di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal itu tidak terlepas dari berbagai program yang diusung oleh Perpusnas be­kerja sama dengan pemerintah daerah, pihak swasta, hingga masyarakat.

“Kita mencatat di 2016, dari range 0-100, nilai gemar membaca kita masih di angka 36, masih rendah. Kemudian di 2017 meningkat jadi 40, tapi masih rendah. Baru di 2018, ketika program kita sudah menyasar kepada bagaimana memperbanyak koleksi yang ada di seluruh lapisan masyarakat sampai ke desa-desa, kita bisa mencapai angka 50, angka sedang,” papar Deni.

“Kemudian 2021 lalu meningkat nilainya menjadi 58. Harapannya pada 2024 kita mencapai angka 70, di angka tinggi. Ini tergantung dari program yang diusung, baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Sekretaris Utama Perpusnas Ofy Sofiana. Dia menyampaikan, tingginya kegemaran membaca masyarakat kita terlihat dari antusiasme pengunjung Perpusnas setiap harinya.

“Hari pertama dibuka Perpusnas sesudah libur Lebaran, 2.000 masyarakat mengantre di depan. Kalau dibuka kuota yang selama ini kita lakukan (sebelum pandemi covid-19), sekitar 5.000-6.000 masyarakat (datang) memanfaatkan koleksi Perpusnas setiap harinya. Jadi tidak ada istilah masyarakat Indonesia minat bacanya rendah,” ungkap Ofy.

Perbanyak Bahan Bacaan

Menurut Syarif, permasalahan yang saat ini masih di­hadapi ialah di sisi hulu, yakni kebijakan untuk memperba­nyak bahan bacaan terutama ke wilayah-wilayah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal). “Berapa persen (dari APBN) yang berkontribusi untuk hak masyarakat (mendapatkan bacaan)? Di negara maju, 2,5 sampai 5% APBN untuk memenuhi kewajiban negara kepada masyarakat untuk bahan bacaan,” kata Syarif.

“Kita bertahun-tahun menerima penghakiman dunia sebagai bangsa yang rendah budaya bacanya, tapi di sisi hulu, baik eksekutif, legislatif, yudikatif, bahkan semua komponen bangsa tidak mengambil tindakan yang tepat untuk mengatakan budaya baca masyarakat Indonesia sangat tinggi. Yang masalah adalah bahan bacaan kurang,” tambahnya.

Sebagai lembaga pemerintah non-kementerian, Syarif mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan upaya agar koleksi yang dimiliki Perpusnas bisa dinikmati hingga ke pelosok Tanah Air. Antara lain melalui transformasi digital, yang juga menjadi tema HUT ke-42 Perpusnas, yakni Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional.

“Untuk apa Perpusnas mempunyai koleksi cetak 6 juta, kemudian digital kurang lebih 2-3 miliar, tapi masyarakat di pedalaman sana tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan? Karena itulah, kita fokus di dalam tranformasi digital untuk ekosistem tranformasi digital nasional ini, menjangkau mereka,” katanya.

Inovasi Perpusnas

Dalam hal ini, Perpusnas melakukan sejumlah inovasi melalui penerapan teknologi informasi sebagai sarana pendukung dalam aktivitas mendapatkan, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi. Pertama melalui Indonesia One Search (IOS) yang merupakan satu pintu pencarian untuk semua koleksi publik dari perpustakaan, museum, arsip, dan sumber elektronik di Indonesia.

Kedua ialah hadirnya apli­kasi perpustakaan digital (iPusnas). Ini merupakan aplikasi perpustakaan digital berisi koleksi e-Book yang dapat dipinjam dan dibaca melalui sistem operasi dan perangkat komputer seperti gawai, dan desktop/laptop.

Ketiga, layanan e-Resources yang merupakan sumber ba­han perpustakaan digital online (e-Resources) seperti jurnal, e-Book, dan karya referensi online lainnya. Terakhir adalah layanan International Standard Book Number (ISBN) yang pro­ses pendaftarannya ­telah dibuat lebih mudah dengan layanan satu pintu.

Menurut Syarif, Perpusnas juga menjadi fasilitator untuk menyebarkan berbagai konten digital yang relevan kepada masyarakat. Tahun ini, Perpusnas menargetkan bisa memfasilitasi sebanyak dua juta konten kreator untuk menampilkan karyanya di kanal digital Perpusnas.

“Banyak sekali platform digital yang ada, mulai dari BUMN, individu, perusahaan dalam dan luar negeri. Tugas kami adalah men-searching, kemudian menemukan konten digital yang relevan, baik dalam bentuk finance, ekonomi, sosial, hukum dan sebagainya. Saat ini Perpusnas menyediakan 240 tera untuk data center kita untuk mendukung bagaimana konten kreator digital yang bisa difasilitasi,” jelasnya.

Pada hari jadi ke-42 tahun ini, Perpusnas menyatakan akan lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang bisa mem-blow up potensi yang dimiliki Perpusnas. Di antaranya talkshow soal perpustakaan dan literasi, peluncuran inovasi layanan digital perpustakaan, pameran koleksi unggulan Perpusnas, kelas virtual bersertifikat, serta aneka webinar tematik.

Perpusnas untuk G20

Selain itu, Perpusnas juga akan berkontribusi untuk perhelatan Presidensi G20 Indonesia tahun ini. Menurut Syarif, pihaknya sedang menyelesaikan data dan informasi seluruh kabupaten/kota di Indonesia untuk menjadi sumber informasi dari peserta G20 di Bali.

“Kami sudah masuk dalam sesi penyelesaian, tinggal kami buatkan dalam bentuk bahasa Inggris sehingga nanti bisa disajikan dalam dua bahasa. Saya meng-SK-kan 615 pegawai untuk bagaimana menggali tentang potensi sumber daya di seluruh kabupaten/kota yang ada untuk bisa dijadikan sumber informasi, mulai dari SDM, SDA, adat istiadat, pariwisata, kuliner, dan sebagainya,” tutup Syarif. 

0 comments

    Leave a Reply