400 Pentolan Taliban Dibebaskan Rezim Kabul, Demi Negosiasi Damai | iVoox Indonesia

March 10, 2025

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

400 Pentolan Taliban Dibebaskan Rezim Kabul, Demi Negosiasi Damai

IVOOX.id, Kabul - Rezim Afghanistan akan membebaskan 400 tahanan yang semuanya merupakan pentolan Taliban untuk memulai negosiasi damai antara pemerintah dan kelompok militan, Reuters melaporkan.

Anggota majelis Loya Jirga Afghanistan pada hari Minggu menyetujui pembebasan itu, yang diminta Taliban sebelum mau bergabung dalam pembicaraan.

"Untuk menghilangkan rintangan, mengizinkan dimulainya proses perdamaian dan mengakhiri pertumpahan darah, Loya Jirga menyetujui pembebasan 400 Taliban," kata majelis dalam sebuah resolusi, menurut Reuters.

"Hari ini, saya akan menandatangani perintah pembebasan 400 tahanan ini," kata Presiden Ashraf Ghani tak lama setelah resolusi itu disahkan.

Beberapa bulan lalu, saat AS mencapai kesepakatan dengan Taliban untuk berdamai dengan prasyarat pembebasan para tahanan Taliban, Presiden Ghani menolak melakukannnya dengan alasan kesepakatan itu bukan atas nama pemerintahannya, meski siapapun tahu pemerintahan Ghani adalah boneka AS.

Ghani bertemu dengan lebih dari 3.000 pemimpin regional Afghanistan di Kabul pekan lalu untuk membahas kemungkinan pembebasan, memperketat keamanan dan pencegahan terhadap pandemi virus corona, kata kantor berita itu.

Pembicaraan akan dimulai di Doha minggu ini setelah kelompok militan itu selama bertahun-tahun menolak untuk duduk bersama perwakilan pemerintah Afghanistan. Ghani telah meminta perwakilan Taliban untuk menyetujui gencatan senjata lengkap sebelum negosiasi.

Rilisan baru ini akan menambah jumlah total Taliban yang dibebaskan oleh pemerintah Afghanistan menjadi 5.000.

Pemerintahan Trump dan perwakilan Taliban sebelumnya menyetujui pembebasan tahanan dalam perjanjian Februari yang memungkinkan penarikan pasukan AS.

Human Rights Watch, sementara itu, telah memperingatkan bahwa sejumlah narapidana mungkin telah ditahan karena "undang-undang terorisme yang terlalu luas yang mengatur penahanan preventif tanpa batas," menurut Reuters.

Negara ini menyaksikan lebih dari 10.000 kematian atau cedera warga sipil tahun lalu, dengan total 100.000 korban selama dekade tersebut. Di antara narapidana yang akan dibebaskan, ada yang dicurigai melakukan beberapa serangan paling mematikan selama periode itu.

Menteri Pertahanan Mark Esper, sementara itu, mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan Sabtu malam bahwa pemerintahan Trump akan menarik jumlah pasukan AS di negara itu menjadi di bawah 5.000 pada akhir November.(thehill.com)


0 comments

    Leave a Reply