110 Anak Teridentifikasi Direkrut Jaringan Terorisme Lewat Media Sosial hingga Game Online | IVoox Indonesia

December 22, 2025

110 Anak Teridentifikasi Direkrut Jaringan Terorisme Lewat Media Sosial hingga Game Online

Konferensi pers penanganan rekrutmen secara online terhadap anak-anak oleh kelompok terorisme

IVOOX.id – Detasemen Khusus 88 Antiteror mengungkap meningkatnya jumlah anak yang terpapar paham radikal akibat perekrutan kelompok terorisme melalui media daring, termasuk game online. 

Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana mengatakan, berdasarkan catatan Densus sebanyak 17 anak teridentifikasi terpapar paham radikal pada periode 2011–2017, namun pada 2025 jumlahnya melonjak signifikan.

“Densus 88 menyimpulkan bahwa ada tren yang tidak biasa dari tahun ke tahun, di mana pada tahun 2011–2017 itu Densus 88 mengamankan kurang lebih 17 anak,” ujar Mayndra dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

Mayndra mengatakan, di tahun 2025 ini pihaknya telah mengidentifikasi sebanyak 110 anak yang menjadi target rekrutan melalui media daring. Menurutnya paparan melalui media daring ini semakin masif dilakukan oleh para pelaku.

“Di tahun 2025 sendiri kurang lebih ada 110 yang saat ini sedang teridentifikasi. Jadi artinya kita bisa sama-sama menyimpulkan bahwa ada proses yang sangat masif sekali rekrutmen yang dilakukan melalui media daring,” katanya.

Menurut Mayndra, seluruh proses perekrutan berlangsung secara online, antara korban dan pelaku yang tidak saling mengenal. Densus menyebut ada sekitar 110 anak berusia 10–18 tahun yang diduga telah terekrut, berasal dari 23 provinsi, terutama Jawa Barat dan DKI Jakarta.

“Tadi totalnya ada 23 provinsi. Tapi bukan berarti provinsi lain aman, karena penyelidikan masih akan terus dilakukan. Provinsi yang di dalamnya paling banyak terpapar adalah Jawa Barat, kemudian Jakarta,” ujarnya.

Mayndra menjelaskan, propaganda awal disebar lewat platform terbuka seperti Facebook, Instagram, dan game online. Target yang dianggap potensial kemudian diarahkan ke grup yang lebih tertutup.

“Platform umum ini akan menyebarkan dulu visi-visi utopia yang mungkin bagi anak-anak bisa mewadahi fantasi mereka sehingga mereka tertarik,” katanya.

“Anak-anak dibikin tertarik dulu, kemudian mengikuti grup, kemudian diarahkan kepada grup yang lebih privat. Di situlah proses-proses indoktrinasi berlangsung,” kata Mayndra.

Anak-anak yang teridentifikasi sebagai korban, kata Mayndra, ditangani bersama Kementerian PPPA, KPAI, Kemensos, dan lembaga terkait lainnya.

0 comments

    Leave a Reply