April 29, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Trump Dinilai Ambil Untung Pribadi dari Penjualan Senjata

IVOOX.id, Jakarta - Amerika Serikat (AS) tengah 'berkonflik' dengan musuh lama, seperti Iran dan Tiongkok. Namun, menurut Ketua Pusat Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, Presiden AS Donald Trump mengambil keuntungan sendiri dari permasalahan yang dibuat Negeri Paman Sam tersebut.

Belum selesai perang dagang dengan Tiongkok, AS berseteru kembali dengan Iran mengenai masalah perjanjian nuklir. Kali ini, AS seperti kembali mencari masalah dengan Tiongkok.

Washington menjual ‎senjata senilai USD2,2 miliar atau setara Rp31 triliun ke Taiwan. AS mengumumkan penjualan senjata ini di tengah ketidakpastian hubungan Washington dengan Beijing.

"Kepentingan yang utama ada di Donald Trump yang ingin ada penjualan senjata agar uang masuk ke AS. Kalau ada perang, orang beli senjata," kata Suzie kepada Rabu, 10 Juli 2019.

Suzie mengatakan Trump mewakili orang-orang kaya AS agar tidak perlu mengeluarkan uang investasi dari kocek sendiri. Langkah ini dapat digunakan untuk menggalang dukungan dari para pendukungnya demi pemilihan presiden 2020.

"Kalau uang masuk ke AS, maka ia akan bisa bilang bahwa dia telah masukkan uang ke AS dan bisa menang 2020," imbuhnya.

Trump seperti memberikan harapan untuk pendukung-pendukungnya dan masyarakat AS lainnya, lewat kebijakan dan keputusan yang dia buat. Padahal, ‎imbuh Suzie, dia hanya pandai memanipulasi.

"Jadi ilusi bermain di sini, dan Trump seorang pemain reality show, jadi dia pandai manipulasi. Itu kuncinya. Reality show kasar, tapi cocok dengan masyarakat AS yang sudah dimanja dengan kekayaan," terangnya.

‎Sementara itu, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah mengatakan AS tidak dapat melepaskan dirinya dari semangat Military Industrial Complex (MIC) dalam sistem politiknya. Ini bertautan dengan birokrasi, parlemen, dan industri senjata.

"Ketiga aktor ini saling bersinergi bagi keunggulan ekonomi, industri, dan kepemimpinan global Amerika Serikat," ungkapnya.

Menurut dia, bagi industri senjata AS, adanya konflik internasional malah memungkinkan mereka menghabiskan stok senjata. Tujuannya untuk bisa menguji dan menggunakan senjata baru, termasuk meneruskan riset dan pengembangan teknologi senjata.

"Dalam praktiknya, AS akan mendukung salah satu pihak yang bertikai, dengan dukungan senjata, yang akan dibayar kelak di kemudian hari, melalui berbagai kontrak militer dan ekonomi jangka panjang," imbuh Rezasyah.

AS mengatakan penjualan senjata ke Taiwan ‎sebagai langkah kontribusi terhadap stabilitas di Asia. Pernyataan disampaikan usai Tiongkok mendesak AS agar membatalkan rencana penjualan tersebut.

Meski demikian, Kementerian Luar Negeri AS menegaskan bahwa penjualan senjata, termasuk ratusan unit tank tempur dan misil anti-pesawat, tidak akan mengubah pengakuan AS terhadap Beijing sebagai satu-satunya pemerintahan 'Satu Tiongkok'.

0 comments

    Leave a Reply