Tolak Usulan AS yang Minta G20 Batasi Harga Minyak Rusia, Sri Mulyani: Tak Akan Selesaikan Masalah
IVOOX.id, Badung - Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani tak setuju dengan usulan Amerika Serikat yang meminta negara G20 untuk membatasi dan menetapkan harga minyak milik Rusia.
Sri Mulyani mengatakan usulan AS tersebut bisa memperburuk krisis enegeri global dan tidak akan menyelesaikan masalah pasokan energi yang dihadapi dunia.
Dikutip dari Russia Today pada Jumat (15/7/2022), Sri Mulyani mengatakan harga minyak tinggi karena permintaan melebihi ketersediaan pasokan yang ada lantaran terganggu peperangan di Ukraina.
"Membatasi tidak akan menyelesaikan masalah, karena ini tentang kuantitas yang tidak mencukupi," jelas Sri Mulyani.
Seperti diketahui, Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat (AS) Janet Yellen bakal mendesak negara-negara anggota G20 yang menghadiri pertemuan ke-3 FMCBG di Bali pada 15–16 Juli untuk menetapkan pagu harga (price cap) untuk minyak Rusia.
Menurut Yellen, langkah itu dapat menghambat aliran dana Rusia untuk menjalankan agresinya di Ukraina.
Namun tidak hanya itu, menurut Menteri Keuangan AS itu, saat jumpa pers di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (14/7/2022) dikutip dari Antara, penetapan pagu harga dapat menjadi cara mengendalikan ketersediaan minyak global, serta meringankan beban konsumen tidak hanya di AS tetapi juga dunia.
Walaupun demikian, saat ditanya mengenai berapa nilai yang diusulkan oleh AS untuk pagu harga minyak Rusia, Yellen mengaku belum memutuskan itu.
"Sejauh ini, kami belum memutuskan berapa nilai yang pantas. Belum ada keputusan terkait itu," kata dia.
Sementara itu, terkait strategi AS mengantisipasi penolakan dari anggota G20 seperti China dan India, Yellen menjawab usulan pagu harga itu untuk kebaikan bersama.
"Saya tentunya berharap China dan India menempatkan usulan ini untuk kenaikan mereka, terutama (karena penetapan pagu harga) maka mereka dapat menekan harga minyak yang diimpor dari Rusia," kata Yellen.
Namun, apabila China dan India tidak mendukung usulan AS itu, Yellen meyakini anggota G20 lainnya bakal melihat itu sebagai cara mengantisipasi dampak berbagai sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS dan negara barat.
Ia kembali menegaskan kebijakan itu sejatinya untuk meringankan beban warga dunia, yang saat ini menghadapi kenaikan harga minyak, termasuk di antaranya di China dan India.
"(Kebijakan itu dapat) mencegah kenaikan harga minyak dunia dan menjaga harga minyak tetap terjangkau," kata Menkeu AS.
Sejumlah menteri keuangan dan gubernur bank sentral anggota G20 bakal memulai pertemuan ke-3 FMCBG di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Badung, Jumat (15/7).
Pertemuan itu bakal berlangsung sampai Sabtu (16/7).
Meski demikian, acara utama Finance Track G20 itu telah didahului oleh pertemuan ke-3 Deputi Bidang Keuangan dan Deputi Bank Sentral (FCBD) pada 13–14 Juli 2022.
0 comments