April 20, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Tingkatkan Produktivitas Hutan Alam dengan Silvikultur Intensif (SILIN)

IVOOX.id, Jakarta -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Selasa, 22 Januari 2019. Sebagai bentuk komitmen kuat Pemerintah dalam meningkatkan produktivitas hutan alam, dan pengelolaan sumber daya alam hutan yang berkelanjutan, KLHK mencanangkan penerapan Silvikultur Intensif (SILIN). Dalam acara pencanangan Kebangkitan Hutan Alam Indonesia dan Sosialisasi SILIN di Jakarta (22/01/2019), Menteri LHK menyampaikan, SILIN merupakan salah satu solusi terhadap permasalahan penurunan kualitas, dan kuantitas produksi hutan alam Indonesia. 


"Berkenaan dengan langkah-langkah korektif pada sektor kehutanan, saya juga menyebutkan dan memberikan penekanan bahwa salah satu bagian yang sangat penting, namun belum detil penyelesaiannya yaitu, berkenaan dengan langkah korektif dalam hal formulasi kontribusi hutan, dan kehutanan pada perekonomian nasional," tutur Menteri Siti mengawali arahannya.


Selama ini potensi kayu hutan alam diketahui hanya menghasilkan 30 m3 kayu per hektar, dan dengan penerapan SILIN, produksinya dapat meningkat menjadi 120 m3 per hektar. Peningkatan volume kayu sebanyak kurang lebih 4 kali lipat ini tentunya menjadi harapan pengusahaan hutan alam.


Sementara itu, dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir, kayu gergajian, kayu lapis, kayu olahan, pulp dan kertas, mebel dan kerajinan serta olahan rotan, telah menjadi keunggulan produksi Indonesia dari sektor kehutanan. Bahan kayu bulat kini lebih banyak dihasilkan dari hutan tanaman, dan eksploitasi kayu rimba semakin berkurang. Data tahun 2016 menunjukkan produksi kayu bulat dari alam kurang dari 10 %. 


Dengan demikian, Menteri Siti menerangkan, introduksi sistem SILIN dan penebangan berdampak rendah (Reduced Impact Logging-RIL), merupakan upaya pemerintah dan sektor swasta (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia/APHI), dalam pengembangan industri kayu, dan mempromosikan pemanfaatan kayu keras bernilai tinggi.


"Bersama diversitas bahan baku pemasok industri dari kayu hutan alam, hutan tanaman dan hutan rakyat, maka anggapan kondisi kondisi senjakala atau sunset industry secara perlahan bersinar kembali. Kita bisa membuat jaya kembali hutan alam kita, dan saya percaya itu," tegas Menteri Siti.


Penerapan SILIN juga diyakini Menteri Siti bukan hanya sekedar mewujudkan terbentuknya tegakan hutan yang produktif, sehat dan lestari, tetapi dapat mewujudkan tercapainya optimalisasi fungsi hutan, baik dari sisi ekologi maupun ekonomi. 


Dalam penerapan SILIN, Menteri Siti juga menekankan beberapa hal yang perlu dicermati, antara lain agar SILIN dapat senantiasa dievaluasi, diinovasi dan menemukan hal-hal baru untuk perbaikan sistem kedepannya, serta memastikan target produktivitas kayu hutan alam sebesar 120 m3/ha dengan umur 20 tahun, dapat terealisir. 


"Selain itu, pemegang IUPHHK-HA agar melaksanakan SILIN dengan baik, tidak perlu khawatir hak izinnya dicabut oleh pemerintah, karena pada dasarnya jika unit manajemen memiliki kinerja pengusahaan hutan yang baik termasuk dalam hal pelaksanaan SILIN, maka akan memiliki bobot penilaian kinerja yang tinggi," ujar Menteri Siti.


Menteri Siti juga mengingatkan agar implementasi SILIN didukung persemaian yang sesuai standar, berkualitas baik, dan mendapat perawatan intensif, sehingga memiliki persentasi hidup yang tinggi, sertsa memiliki kuantitas dan kualitas kayu yang baik. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan pasokan kayu menghadapi perkiraan peningkatan kebutuhan kayu di masa mendatang.


Sementara itu, Menteri Siti meyakinkan bahwa, Pemerintah senantiasa mendorong penerapan SILIN melalui regulasi dan fasilitasi, serta mempersiapkan skema insentif bagi unit manajemen yang melaksanakan SILIN dengan baik. Tidak lupa, dirinya juga mengimbau agar limbah kayu hasil SILIN dapat dirancang sebagai sumber energi biomassa.


Di akhir arahannya, Menteri Siti mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun komitmen dalam penerapan SILIN, sebagai suatu solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi bersama.


"Buang jauh-jauh keraguan apakah penerapan SILIN ini akan memberikan hasil atau tidak, sebab masa depan hutan alam produksi Indonesia tergantung pada basis praktek pengelolaan hutan pada saat ini," pungkasnya.


Memperkaya acara, turut hadir sejumlah pakar yang menyampaikan pentingnya SILIN, yaitu Prof. Moh. Na'iem dan Dr. Agus Setyarso. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), Hilman Nugroho menuturkan, acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang implementasi SILIN serta dukungan yang dibutuhkan, agar implementasi SILIN dapat memberikan output dan outcome sebagaimana yang diharapkan.


Disaksikan oleh kurang lebih 500 orang yang hadir antara lain Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), jajaran Eselon I dan Eselon II KLHK, perwakilan kementerian terkait, Ketua APHI, Dekan Fakultas Kehutanan, peneliti, akademisi, Kepala Dinas Provinsi yang membidangi Kehutanan dan Kepala KPH Seluruh Indonesia serta media, Menteri Siti melakukan penandatanganan prasasti pencanangan Kebangkitan Hutan Alam Indonesia dan Silvikultur Intensif (Adhi Teguh)

0 comments

    Leave a Reply