October 8, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Tanam Porang Bisa Menghasilkan 3 Miliar Kurang dari 2 Tahun, ini Caranya

IVOOX.id, Jakarta - Mau dapat penghasilan lebih dari Rp 3 miliar dari lahan 1 hektare dalam waktu tak sampai 2 tahun? Tanamlah porang.

Sumatera Utara memiliki potensi besar untuk pengembangan tanaman umbi-umbian ini. Hasilnya bisa dibandingkan dengan komoditas perkebunan unggulan di provinsi ini, yakni kelapa sawit.

Hal tersebut diungkapkan Idris Tampubolon, petani dan pakar porang dari Porang Sleman Boy saat ditemui di Forum Diskusi Porang di Jalan Balai Desa, Pasar 12 Patumbak, Kecamatan Patumbak, Deli Serdang, akhir pekan lalu.

Pria kelahiran Kisaran, Sumatera Utara, dan besar di Samarinda, Kalimantan Timur, ini penuh antusias menjelaskan potensi ekonomi budidaya porang.

"Sumut ini sangat potensial. Lahan luas. Istilahnya pemodal di sini banyak. Kekurangannya hanya ilmu pengetahuan budidaya porang. Saya sudah teliti itu di Sleman sampai 3 tahun dan pola itulah yang saya bawa ke Sumut ini. Dengan lahan 1 hektare, katakanlah modal Rp 360 juta, bisa hasilkan Rp 3 miliar keuntungan bersih di dalam dua musim (18 bulan)," katanya.

Cara dapat untung dari porang

Idris kemudian menjelaskan bagaimana cara mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 3 miliar dari mengolah lahan 1 hektare dengan tanaman porang.

Biaya pengolahan lahan sekitar Rp 72,6 juta, biaya pemupukan dan perawatan Rp 45,6 juta, biaya bibit dan upah tanaman Rp 163 juta, total biaya panen Rp 28 juta dan total biaya tenaga kerja Rp 48 juta.

Dikatakannya, pada musim pertama, hasilnya bisa mencapai Rp 300 juta. Musim kedua naik menjadi Rp 960 juta.

Sementara itu, hasil umbi basah dua musim Rp 2 miliar dengan total penghasilan Rp 3,34 miliar. Sehingga pendapatan bersih dari total penghasilan dengan dikurangi modal adalah sebesar Rp 2,98 miliar.

Idris menambahkan, dalam 1 hektare, porang dengan pola Sleman Boy, yakni penanaman secara modern dan akal sehat ilmu pertanian, 1 hektare bisa menghasilkan 208 ton umbi dan 3,5 ton katak.

Edy Effendi, owner Porang Sumatera Boy mengatakan, ada 13 negara yang menunggu produksi porang. Sumut sendiri, kata dia, saat ini ada sekitar 300 hektare lahan penanaman porang. Dikatakannya, dia memilih menanam porang karena porang sudah menjadi kebutuhan internasional. Ekspor sudah porang sudah menembus Jepang, Korea, China bahkan mulai berkembang ke Eropa, Amerika dan Australia.

"Bandingkan dengan sawit. Satu hekatre porang dengan Sleman Boy, hasilnya lebih banyak dibanding 100 hekatre sawit yang umurnya 20 tahun maksimal," katanya.

Begitu halnya, menanam porang tidak perlu ada penebangan liar karena tidak membutuhkan lahan luas seperti sawit.

"Satu keluarga dapat Rp 2 miliar tak sampia 2 tahun kan cukup 1 hektare. Bahkan, dengan lahan 400 meter persegi dengan modal Rp 12 juta dalam 2 tahun itu bisa menghasilkan Rp 120 juta," ujar pria yang meninggalkan profesi sebagai konsultan pajak demi porang ini.

Namun demikian, lanjut Idris, untuk berhasil dalam menanam porang, ada sejumlah catatan yang harus diperhatikan.

Pihaknya selama ini menerapkan cara modern dan akal sehat ilmu pertanian. Oleh karena itu, mutu bibit haruslah yang baik, sehat, dan siap untuk ditanam.

"Jangan pernah beli bibit karena harganya murah. Beli bibit yang bermutu. Maka 2 hingga 3 tahun ke depan, saya yakin Sumut dengan memakai pola kita, akan bisa mendekati bahkan mengimbangi produksi Jawa Timur atau Jawa Tengah, karena kita punya hamparan luas," katanya.

Potensi pasar

Sementara itu, Edy Effendi, pemilik Porang Sumatera Boy mengatakan, ada 13 negara yang menunggu produksi porang. Sumut sendiri, kata dia, saat ini ada sekitar 300 hektare lahan penanaman porang.

Edy mengaku memilih menanam porang karena tanaman ini sudah menjadi kebutuhan internasional. Ekspor porang sudah menembus Jepang, Korea, China, bahkan mulai berkembang ke Eropa, Amerika dan Australia.

"Bisnis porang ini agak unik. Hilir menanti, hulu tidak ada. Luar negeri sudah menunggu porang dari Indonesia, tapi produksi sangat terbatas. Maka sangat menarik untuk kita investasi dan ini peluang untuk meningkatkan devisa. Makanya, Menteri Pertanian dan Presiden mengangkat porang sebagai komoditas ekspor untuk dapatkan devisa negara," katanya.

Pihaknya sudah bekerja sama dengan Porang Sleman Boy setelah sebelumnya ia berkeliling di Jawa untuk melihat penanaman porang, menemui ahli porang yang memiliki banyak pola pengembangan.

Namun dia menemukan hal yang berbeda pada Porang Sleman Boy karena Idris Tampubolon bekerja sama dengan peneliti.

"Penelitian porang ini paling banyak di UGM. Jadi yang dikembangkan Pak Idris ini disuport para peneliti, dan setelah itu hasil dari pengembangannya sangat signifikan sehingga menjanjikan," katanya.

Dijelaskannya, dengan diterapkannya porang di Sumut, bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di Sumut.

Dengan modal Rp 12 juta saja dan lahan 400 meter persegi, tanaman porang bisa menghasilkan Rp 120 juta untuk petani profesional. Sementara untuk petani pemula bisa menghasilkan Rp 40 hingga Rp 50 juta. Menurut Idris, hal itu sudah dapat mengubah taraf hidup masyarakat.

"Dari para pengamat ekonomi, Indonesia, porang adalah bisnis jangkap panjang, bukan musiman karena 80 persen untuk pangan, dan pangan untuk masa depan. Secara kebetulan porang hanya bisa dikembangkan di Asia Tenggara. Jepang, untuk budidaya ini cost-nya tinggi. Begitu juga dengan China. Ini anugerah untuk Indonesia karena bisa tumbuh subur," katanya.

Bibit masih didatangkan dari Jawa

Dijelaskannya, mengenai ketersediaan bibit porang, untuk saat ini Sumut masih harus mendatangkannya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di dua provinsi itu, kata dia, lahan penanaman porang sudah mencapai ribuan hektare. Sedangkan Sumatera Utara masih sekitar 300 hektare dan baru dimulai 1-2 tahun terakhir.

Sumut, kata dia, akan memiliki ketersediaan bibit pada 3-4 tahun mendatang.

Menurutnya, saat ini sudah ada lebih dari 3 hektare lahan yang sudah siap ditanami porang, dan 4,9 hektare lagi akan mulai ditanami porang pada September mendatang.

0 comments

    Leave a Reply