May 19, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Tak Tepat, Menyatukan Semua Lembaga Penelitian ke Badan Riset Nasional: BPPT

IVOOX.id, Jakarta - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto menilai penggabungan seluruh lembaga penelitian dalam satu badan riset nasional tidak tepat.

"Tidaklah tepat bila LIPI sebagai lembaga penelitian sains digabung dengan BPPT sebagai lembaga pengkajian dan penerapan teknologi. Kedua-duanya diperlukan oleh negara ini, tetapi bukan berarti kemudian harus digabung menjadi satu badan riset karena DNA atau karakteristik keduanya berbeda," kata Unggul di Kantor BPPT, Jakarta, Rabu (12/9).

Unggul menjelaskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) lebih banyak menggarap penelitian sains untuk menghasilkan penemuan baru atau invensi untuk inovasi, sedang BPPT menghasilkan inovasi melalui proses rancang bangun atau perekayasaan tanpa melalui tahapan invensi.

Di Indonesia, Unggul melanjutkan, LIPI merupakan instansi pembina jabatan fungsional peneliti dan BPPT adalah instansi pembina jabatan fungsional perekayasa. Menyatukan keduanya, menurut dia, tidak tepat.

Ia mengaku memahami maksud pembentukan badan riset nasional untuk efisiensi anggaran, namun menilai pertimbangan pembentukan lembaga semacam itu mestinya bukan semata efisiensi anggaran. "Efisiensi anggaran bukan hanya satu-satunya pertimbangan," tuturnya, dikutip Antara. "Yang jelas membuat satu lembaga riset lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi itu kan mesti melihat itu kompetensi khususnya itu gimana," ia menambahkan.

Unggul menuturkan butuh waktu dan perjalanan yang cukup panjang untuk membuat LIPI dan BPPT bisa berkembang hingga seperti sekarang. "Buat LIPI tidak gampang, butuh 50 tahun, dan BPPT butuh 40 tahun," ujarnya lagi.

Unggul mengatakan penyatuan lembaga-lembaga itu ke dalam badan riset nasional berisiko membawa kerugian pada masa mendatang antara lain karena hasil riset yang menjadi tidak tajam, dan akan membutuhkan waktu tidak singkat untuk penyesuaian budaya kerja.

"Kalau merger untuk budaya kerjanya saja butuh waktu lama bisa 10 tahun," tuturnya.

Dia memberikan masukan kalau terpaksa, mungkin bisa membuat semacam asosiasi badan riset, bukan merger atau penggabungan.

Jika ingin melakukan klasterisasi, is menjelaskan, maka minimal harus ada dua asosiasi, satu terkait riset yang bisa bergabung dengan LIPI dan satu yang terkait inovasi dan rekayasa bisa digabungkan dengan BPPT.

Klasterisasi akan mempermudah komunikasi dan koordinasi untuk menjembatani inovasi dengan industri, sehingga akan lebih baik dalam mengakomodasi kebutuhan dunia industri.

Unggul mengatakan di dunia ini, belum ada satu pun negara yang menggabungkan seluruh lembaga menjadi satu seperti badan riset nasioanl yang menjadi wacana saat ini.

"Kalau dilebur tidak baik, yang bagus seperti di Jerman, diklasterisasikan, dan minimal dua klaster, yakni paling hulu dan hilir. Kalau satu, di dunia tidak ada," katanya.

Ia menambahkan bahwa Jerman memiliki lebih dari satu lembaga riset, demikian pula negara-negara di Asia Tenggara.

0 comments

    Leave a Reply