April 25, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Tak Jalankan Prinsip Pemicu Banyak Koperasi Rontok

IVOOX.id, Jakarta - Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (Akses) mengungkapkan banyak koperasi di Indonesia mudah "rontok", bubar, dan tidak berkembang karena tidak menjalankan prinsip koperasi yang sebenarnya.

Ketua Umum Akses Suroto di Jakarta, Selasa(26/6), mengatakan banyak fenomena koperasi di Indonesia yang semula tampak besar tapi kemudian rontok.

"Bisa dilihat misalnya fenomena koperasi Langit Biru, Cipaganti, Pandawa, dan sebagainya ya. Kenapa kok banyak yang rontok? Koperasi-koperasi itu rontok karena mereka hanya berbadan hukum koperasi tapi bukan koperasi beneran alias quasi koperasi. Koperasi abal-abal, koperasi palsu," katanya.

Menurut dia, selama ini koperasi-koperasi itu menggunakan badan hukum bentuk koperasi sebagai syarat administratif saja. Sedangkan dalam praktiknya menyimpang jauh dari nilai-nilai dan prinsip koperasi.

Suroto menambahkan, beberapa koperasi yang mudah rontok di antaranya jenis koperasi pertama adalah koperasi papan nama.

"Koperasi ini hanya jualan nama untuk mengejar bantuan ke sana-kemari. Dari dana bansos sampai CSR," katanya.

Kedua adalah jenis koperasi abal-abal yang tujuannya dari sejak awal sudah dibuat hanya untuk mengejar keuntungan bagi pendirinya.

"Sering mereka ini dijuluki sebagai pengusaha koperasi. Bahkan ada yang sampai punya 28 koperasi dan mereka ini semua pengurusnya digaji oleh pemilik ini," katanya.

Koperasi jenis ketiga adalah jenis koperasi tipu-tipu yang sejak awal memang disetting untuk menipu.

"Dibuat skemanya jadi semacam 'money game' biasanya dan tujuannya untuk menipu masyarakat. Ada yang sengaja dibangkrutkan untuk dialihkan ke perusahaan pribadi milik dia setelah berhasil memobilisasi dana," katanya.

Suroto menyesalkan jenis-jenis koperasi semacam itu justru jumlahnya banyak di Indonesia.

Jumlahnya di Indonesia, ia memperkirakan sekarang kurang lebih 93 persen dengan asumsi dasar hasil riset Akses pada 2013.

"Sementara itu yang 'survive' dan berkelanjutan itu umurnya kurang lebih sudah 50-an tahun. Kebanyakan adalah koperasi pegawai negeri, koperasi karyawan, koperasi kredit, sebagian lagi koperasi wanita, dan koperasi yang basis komunitas dan manfaatnya jelas," katanya.

Koperasi-koperasi yang umurnya sampai lama itu karena basis "common bond"nya memang ada dan juga captive marketnya jelas seperti komunitas-komunitas.

Sayangnya koperasi jenis itu lambat berkembang karena sering kali gagal mentranformasi common bond-nya menjadi common spirit.

"Prinsip pertama koperasi itu adalah keanggotaan sukarela dan terbuka. Rela dan sadar untuk mencari manfaat dengan cara kerja sama. Tapi koperasi-koperasi berbasis komunitas itu kebanyakan tertutup dan atau menutup diri dan tidak mau bertransformasi, ini juga karena pemahaman koperasinya lemah," kata Suroto

0 comments

    Leave a Reply